24.7.25

ESSAY 9 - UAS PSIKOLOGI INOVASI_EMILIA SINTA

EMILIA SINTA MAHARANI

PSIKOLOGI SJ

23310410180

MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI

DOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A 

 

Kenapa Ayu Aryanti Gagal Berubah, Sementara Remaja “Nakal” Justru Berhasil?

    Perubahan diri memang mudah diucapkan, tapi nyatanya sangat sulit dilakukan. Banyak orang ingin menjadi lebih baik, tapi tidak semua orang punya kesiapan dari dalam dirinya sendiri. Terdapat sosok remaja dari Jawa Barat yang mendapat kesempatan untuk berubah hidupnya: Ayu Aryanti dan sekelompok remaja yang dikenal “unik” alias punya latar belakang kenakalan remaja. Keduanya sama-sama mendapat perhatian dari sosok Gubernur Jawa Barat yang sekarang sangat terkenal, yaitu Kang Dedi Mulyadi (KDM) tetapi hasilnya berbeda. Ayu gagal berubah, sementara para remaja “unik” justru berhasil.

    Ayu Aryanti adalah gadis muda lulusan SMK Akuntansi. Ia berasal dari keluarga sederhana, orang tuanya jualan makaroni. Karena KDM merasa tergerak, ia diangkat jadi anak asuh dan tinggal bersama beliau selama dua tahun penuh. Semua kebutuhan Ayu ditanggung, makan, tempat tinggal, bahkan jika mau lanjut kuliah pun dibayari. Tapi setelah lulus SMK, Ayu justru menolak kuliah dan memilih pulang kampung untuk kembali jualan makaroni dengan penghasilan tak seberapa. Sungguh mengejutkan, karena kebanyakan orang pasti akan bersyukur mendapatkan kesempatan emas seperti itu.

    Beda halnya dengan para remaja yang sebelumnya nakal, ada yang doyan tawuran, ada yang putus sekolah, ada juga yang kecanduan minuman keras. Mereka dititipkan oleh orang tua ke KDM dan dimasukkan ke barak militer. Di sana mereka dilatih bangun pagi, olahraga, berdoa, belajar, dan menjalani kehidupan yang penuh disiplin. Awalnya memang berat, tapi lama-lama mereka terbiasa dan bahkan mulai menikmati prosesnya. Setelah keluar dari barak, banyak dari mereka berubah jadi remaja yang lebih bertanggung jawab dan punya cita-cita yang jelas.

Sebagai mahasiswa psikologi, saya melihat kasus ini menarik. Kenapa Ayu yang dari luar tampak "baik-baik" malah tidak berubah, sedangkan remaja-remaja yang dulunya bermasalah malah bisa berubah jadi lebih baik? Jawabannya ada pada persepsi, atau cara seseorang memandang dunia dan dirinya sendiri.

    Menurut teori dari Paul A. Bell, ada jalur bagaimana suatu perilaku terbentuk: dari rangsangan atau pengalaman yang kita terima, lalu diproses jadi persepsi, lalu mempengaruhi sikap, lalu menjadi perilaku, dan kalau diulang-ulang bisa jadi kebiasaan. Jadi, jika seseorang tetap memiliki persepsi negatif terhadap masa depan seperti Ayu yang merasa kuliah itu tidak penting atau sulit maka meski diberi fasilitas sehebat apapun, ia tidak akan bergerak. Persepsinya tidak berubah, maka perilakunya pun tidak berubah.

    Sedangkan para remaja yang tinggal di barak mendapatkan stimulus dan pengalaman baru yang sangat kuat. Mereka menjalani rutinitas baru setiap hari, diajari hidup tertib, diajak ngobrol dari hati ke hati, hingga akhirnya mereka memiliki persepsi baru bahwa hidup bisa dijalani dengan cara yang lebih baik. Karena itu sikap mereka pun ikut berubah. Mereka menjadi lebih positif, mulai berperilaku lebih sehat, dan lama-lama menjadi kebiasaan baru.

    Pelajaran dari kasus ini adalah perubahan tidak bisa hanya datang dari luar, seperti bantuan uang, fasilitas, atau nasihat. Perubahan sejati datang dari cara kita memaknai pengalaman dan membuka diri terhadap perubahan itu sendiri. Kita juga bisa belajar bahwa kadang-kadang orang yang kita anggap bermasalah justru bisa lebih terbuka terhadap perubahan, karena mereka sadar bahwa hidup lama mereka tidak bisa diteruskan. Sedangkan orang yang merasa hidupnya “baik-baik saja”, seperti Ayu, bisa terjebak dalam zona nyaman dan menolak perubahan meskipun disuguhi banyak kesempatan.

    Saya percaya, setiap orang bisa berubah, tapi syaratnya satu, persepsi dan niat dalam dirinya sendiri harus ikut berubah. Dan tugas kita sebagai calon psikolog bukan hanya memberikan bantuan, tapi juga membantu membuka cara pandang mereka terhadap hidup dan masa depan.

 

Daftar Pustaka:


  • Patimah, R., Nurhayati, N., & Azizah, M. (2024). Psikologi Inovasi dalam Konteks Perubahan Pribadi. Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa.
  • Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Kadisdik Jabar. (2024). Catatan Evaluasi Pendidikan Remaja Asuh. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

 

0 komentar:

Posting Komentar