Perbedaan Perubahan Diri Antara Ayu Aryanti Dengan Para Remaja ’Unik’
UAS MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Nawang Apriliano Tegar Saputra (22310410136)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kamis, 24 Juli 2025
Perbedaan Perubahan Diri Ayu Aryanti dan Remaja ‘Unik’ dalam Pandangan Teori Persepsi Paul A. Bell
Kang Dedi Mulyadi (KDM), seorang tokoh yang populer di Jawa Barat, dikenal karena kepeduliannya terhadap masyarakat kecil, terutama anak-anak muda yang mengalami kesulitan dalam hidup. Ia sering kali turun langsung untuk membantu, baik secara finansial maupun emosional. Salah satu anak yang ia bantu adalah Ayu Aryanti, siswi SMK dari keluarga sederhana yang tinggal bersama orangtuanya yang berjualan makaroni. Melihat potensi dan perjuangan Ayu, KDM mengangkatnya sebagai anak asuh dan memberikan fasilitas lengkap: tempat tinggal, biaya sekolah, makanan, hingga kebutuhan sehari-hari. Tujuan KDM jelas, agar Ayu bisa fokus belajar dan kelak hidup lebih baik. Namun setelah lulus, Ayu justru memutuskan untuk pulang ke rumah dan kembali berjualan makaroni, meskipun ia memiliki kesempatan untuk melanjutkan kuliah secara gratis.
Berbeda dengan Ayu, ada kelompok remaja lain yang disebut remaja ‘unik’. Mereka memiliki latar belakang yang lebih kompleks: sering tawuran, tidak patuh pada orangtua, malas belajar, dan terlibat dalam berbagai kenakalan remaja. Banyak dari mereka juga berasal dari keluarga bermasalah atau bahkan tidak memiliki orangtua. KDM merancang program pelatihan khusus di barak militer untuk mereka. Di tempat ini, para remaja dilatih hidup disiplin, belajar tepat waktu, berdoa, berolahraga, dan diajarkan nilai tanggung jawab serta kehidupan yang teratur. Hasilnya, banyak dari mereka yang berubah secara drastis menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sopan, dan memiliki arah hidup yang lebih jelas.
Mengapa Ayu yang mendapatkan fasilitas nyaman tidak berubah, sementara remaja bermasalah justru mengalami kemajuan? Jawabannya dapat dilihat dari teori persepsi yang dikembangkan oleh Paul A. Bell dan rekan-rekannya. Menurut Bell, perubahan seseorang sangat dipengaruhi oleh cara individu memandang lingkungannya, atau yang disebut dengan persepsi.
Skema dasar yang menjelaskan hubungan antara persepsi, perilaku, dan kebiasaan berdasarkan teori Paul A. Bell:
Lingkungan Baru (Stimulus dari KDM)
↓
Persepsi Individu (positif atau negatif)
↓
Tindakan atau Perilaku
↓
Kebiasaan (jika dilakukan berulang)
Pada kasus Ayu, meskipun lingkungannya berubah menjadi lebih baik secara objektif, persepsinya terhadap lingkungan tersebut tidak positif. Ia mungkin merasa tidak cocok, tidak nyaman, atau bahkan merasa kehilangan identitas diri karena jauh dari keluarga dan teman. Karena persepsinya negatif, ia tidak mampu membentuk kebiasaan baru yang mendukung perubahan. Ia akhirnya memilih kembali ke lingkungan lamanya yang membuatnya merasa lebih aman secara emosional, meskipun secara ekonomi tidak menjanjikan.
Sementara itu, remaja-remaja ‘unik’ sebelumnya hidup di lingkungan yang tidak teratur dan penuh tekanan. Ketika mereka masuk ke barak militer, mereka justru merasa mendapatkan tempat yang memberikan arah, aturan, dan rasa aman. Persepsi mereka terhadap lingkungan baru ini bersifat positif. Karena itulah, mereka mampu mengembangkan perilaku baru yang kemudian menjadi kebiasaan yang mendukung perubahan ke arah yang lebih baik.
Agar perubahan berhasil, pendekatannya harus disesuaikan dengan karakter orangnya. Untuk Ayu Aryanti, pendekatannya sebaiknya lebih lembut dan personal. Mungkin perlu lebih banyak komunikasi, konseling, atau pendampingan dari orang yang ia percaya. Perlu waktu untuk membuat Ayu merasa nyaman dan termotivasi dari dalam dirinya, bukan hanya diberi bantuan materi. Sementara untuk remaja bermasalah, pendekatan tegas seperti barak militer justru efektif karena mereka sebelumnya hidup tanpa arah. Disiplin dan aturan malah membuat mereka merasa dihargai dan dibimbing.
Kesimpulan:
Dari kasus Ayu Aryanti dan remaja ‘unik’, kita belajar bahwa perubahan tidak cukup hanya dengan memberi fasilitas atau bantuan. Yang paling penting adalah bagaimana seseorang memandang dan merasakan lingkungan barunya. Persepsi yang positif akan mendorong seseorang untuk berubah, sedangkan persepsi yang negatif akan membuat seseorang menolak perubahan. Maka dari itu, memahami cara pandang individu terhadap lingkungannya menjadi kunci penting dalam keberhasilan proses perubahan, sebagaimana dijelaskan dalam teori Paul A. Bell.
Daftar Pustaka:
Patimah, A. S., Shinta, A., & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23–29. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

0 komentar:
Posting Komentar