24.7.25

UAS PSIKOLOGI INOVASI_IBRAR LANEGA_22310410138

 

UJIAN AKHIR SEMESTER



IBRAR LANEGA PRATAMA 

22310410138

PSIKOLOGI INOVASI

DOSEN PENGAMPU : DR. ARUNDATI SHINTA, M.A


FAKULTAS PSIKOLOGI 
INIVERSITAS PROKLAMASI 45


KAMIS, 24 JULI 2025


Pertanyaan Jelaskan perbedaan perubahan diri antara Ayu Aryanti dengan para remaja ’unik’ tersebut melalui skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995).

Analisis Perbedaan Perubahan Diri Ayu Aryanti dan Remaja Unik melalui Skema Persepsi Paul A. Bell dkk.

Perubahan diri seseorang tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses internalisasi pengalaman dan pemaknaan terhadap lingkungan. Paul A. Bell dan rekan-rekannya (dalam Patimah et al., 2024) menjelaskan bahwa persepsi terhadap lingkungan adalah pondasi dari terbentuknya perilaku. Persepsi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pengalaman hidup, nilai budaya, kebutuhan psikologis, serta struktur kepribadian. Dengan kata lain, bagaimana seseorang melihat dan memaknai realitas akan sangat menentukan arah perubahan dirinya.

Dalam hal ini, kita dapat melihat ada dua respons perubahan yang sangat jelas antara Ayu Aryanti dan Remaja Unik. Ayu Aryanti adalah seorang remaja perempuan yang berasal dari keluarga sederhana di Jawa Barat. Ia mendapatkan kesempatan yang jarang sekali orang lain dapatkan yaitu untuk tinggal bersama Kang Dedi Mulyadi (KDM) dan memperoleh fasilitas pendidikan serta kehidupan yang layak. Namun, bukannya ia berkembang dan membuka diri atau memanfaatkan terhadap peluang tersebut, Ayu malah justru memilih kembali ke kehidupan lamanya dan yang berjualan makaroni setelah lulus SMK. Keputusan ini menunjukkan bahwa persepsinya tidak berubah secara signifikan meskipun sudah berada dalam lingkungan yang baru dan mendukung untuk dirinya.

Jika dilihat melalui persepsi Bell, Ayu kemungkinan mengalami konflik persepsi. Karena dapat dilihat dari lingkungan KDM sendiri yang penuh dengan aturan, dan ekspektasi, mungkin hal ini yang membuat Ayu memiliki pemikiran bahwa hal imi tidak sesuai dengan harapan dan kenyamanan emosional yang selama ini dimiliki oleh Ayu. Karena dari pengalaman masa lalu  Ayu yang kuat secara emosional, pada saat dekat dengan orang tua dan rutinitas di rumah yang sangat mempengaruhi kenyamanan emosionalnya, bisa menjadi dasar persepsi bahwa rumah adalah tempat yang aman dan nyaman bagi Ayu, meski secara objektif tidak menawarkan perkembangan berarti. Oleh karena itu, Ayu tidak melihat perubahan sebagai sesuatu yang mendukung dirinya, namun melainkan sebagai tekanan yang mengganggu tingkat kestabilan emosionalnya.

Sebaliknya, remaja unik yang sebelumnya dikenal memiliki perilaku menyimpang justru menunjukkan respons yang berbeda. Meskipun awalnya mereka karena sifatnya dengan "paksaan "mengikuti program barak militer oleh orang tua mereka atau oleh keadaan, mereka akhirnya mampu mengalami perubahan perilaku yang signifikan. Melalui rutinitas terstruktur di barak seperti berdoa, belajar, olahraga, dan kegiatan sosial mereka mendapatkan rangsangan positif secara konsisten. Hal ini, menurut teori Bell, menciptakan proses pembentukan skema persepsi baru. Mereka mulai meningkatkan rasa kedisiplinan dan keteraturan sebagai sesuatu yang membawa ketenangan, harga diri, dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Memang program barak militer tersebut sangat baik di lakukan untuk para remaja unik ini, selain untuk mendidik mereka, kegiatan ini sangat banyak manfaat dan sisi positifnya.

Kehadiran sosok KDM sebagai figur ayah yang memberikan bentuk perhatian, kasih sayang, dan jaminan pendidikan turut memperkuat pembentukan persepsi positif ini. Remaja yang sebelumnya merasa terpinggirkan mulai merasa diterima dan dihargai. Skema persepsi mereka berubah dari saya anak nakal yang tidak diinginkan menjadi saya berharga dan bisa berubah menjadi anak yang lebih baik. Inilah yang kemudian menuntun pada perubahan perilaku yang konsisten dan bermakna.

Kesimpulan

Perbedaan perubahan diri antara Ayu dan remaja unik terletak pada bagaimana mereka membentuk dan mengartikan persepsi terhadap lingkungan. Ayu tetap terikat pada kenyamanan masa lalu dan tidak melihat lingkungan barunya sebagai peluang, sedangkan remaja unik justru membentuk persepsi baru melalui lingkungan yang konsisten dan dukungan emosional yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan diri tidak hanya membutuhkan fasilitas, tetapi juga persamaan persepsi antara individu dan lingkungannya. Tanpa perubahan persepsi, upaya pembinaan tidak akan menghasilkan perilaku yang diharapkan.

Daftar Pustaka

Patimah, A. S., Shinta, A., & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23–29.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

 





0 komentar:

Posting Komentar