PERBEDAAN POLA PERUBAHAN DIRI ANTARA AYU ARYANTI DAN REMAJA 'UNIK' DALAM PERSPEKTIF PERSEPSI PAUL A. BELL
Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester: Makalah Psikologi Inovasi
Dosen pengampu:
Dr, Arundati Shinta, M.A
Caecilia Dian Eka Pemiastuti
22310410182
PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2025
Pernah kita temui orang yang mendapat banyak kesempatan, tapi tetap memilih jalan lama yang nyaman? Atau sosok lain yang justru bangkit dari masalah dan mengubah hidupnya? Kisah semacam ini nyata terjadi di sekitar kita.
Salah satu contohnya adalah Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM). Figur yang ramai diperbincangkan ini dikenal lugas sekaligus humanis. Ia tak segan turun langsung ke lapangan, berupaya mengubah nasib generasi muda Jabar.
Ada cerita menarik tentang Ayu Aryanti. Remaja kelas 1 SMK jurusan Akuntansi ini hidup serba kekurangan, membantu orangtuanya jualan makaroni tiap hari. Kemudian datang kesempatan istimewa: KDM mengangkatnya sebagai anak asuh. Ayu dibawa ke Lembur Pakuan, difasilitasi sepenuhnya—pendidikan hingga kebutuhan harian. Semua berharap, termasuk KDM, ia akan tumbuh jadi pribadi tangguh dan berprestasi, bebas dari himpitan ekonomi.
Tapi hidup tak selalu seperti cerita motivasi.Setelah lulus SMK, Ayu memilih pulang kampung. Ia menolak kuliah meski biaya telah disiapkan. Kembali ke rutinitas lama: berjualan makaroni bersama sang ibu. Di sinilah keunikan kisahnya terlihat: betapa masa lalu dan persepsi diri bisa begitu kuat, hingga peluang emas pun tak sanggup mengubah jalan hidupnya.
Mengapa manusia merespons perubahan secara berbeda? Teori persepsi Paul A. Bell memberi jawaban penting. Perilaku berubah dimulai dari cara seseorang memaknai pengalamannya. Prosesnya kompleks: stimulus lingkungan (kesempatan, tantangan, atau figur otoritas) diterima panca indra, diolah jadi sensasi, lalu diterjemahkan menjadi persepsi yang unik bagi tiap individu. Di sinilah kuncinya. Persepsi adalah jembatan antara dunia luar dan respons nyata dalam wujud perilaku sehari-hari.
Konsep Bell sebenarnya sederhana tapi dalam: rangkaian prosesnya berputar mulai dari stimulus lingkungan (misal: peluang, dorongan perubahan, atau tekanan dari luar) → diresapi sebagai sensasi → diproses oleh peta pengalaman dan nilai diri hingga menjadi persepsi → lalu akhirnya terlihat jelas dalam respons perilaku. Jika respons ini terus diulangi dan diperkuat lingkungan, terbentuklah habit baru, entah itu yang positif maupun negatif.
Mari kembali ke kisah Ayu. Lingkungan barunya di Lembur Pakuan—dengan fasilitas lengkap dan dukungan penuh KDM—semestinya jadi pijakan ideal. Semua terpenuhi: kebutuhan harian, biaya sekolah, bahkan uang saku. Tak ada lagi beban ekonomi.
Tapi di balik itu, sensasi yang muncul justru bertolak belakang. Ayu tetap memandang diri sebagai "anak penjual makaroni". Nilai kesederhanaan dan rasa aman di rumah bersama ibunya mengakar kuat. Pengalaman masa lalunya tak tergantikan, meski hidupnya sudah berubah. Persepsi. Di sinilah segalanya berpusat. Dua tahun hidup berkecukupan tak menggeser caranya memaknai sukses. Ketika tiba saat memilih, ia justru kembali ke kampung halaman. Berjualan makaroni bersama ibu menjadi pilihan utamanya. Bagi Ayu, inilah kebenaran. Meski dunia menunggu lebih.
Proses di atas, menurut Bell, sangat umum terjadi. Stimulus positif yang melimpah tetap bisa kalah oleh persepsi yang bertahan pada pengalaman dan nilai lawas. Respons perilaku Ayu pun kembali pada zona nyaman, kebiasaan, dan identitas lama. Panjang waktu, uang, dan upaya yang diberikan lingkungan kadang tak cukup bila kunci persepsi dalam diri seseorang belum ikut berubah.
Lain halnya dengan para “anak unik” yang semula dikenal bandel dan sulit diatur. Program barak militer KDM menjadi dunia baru yang benar-benar berbeda dari lingkungan tempat mereka tumbuh. Dari sinilah stimulus perubahan datang dengan keras dan jelas: peraturan disiplin, jadwal padat, serta kehadiran pembimbing yang membatasi ruang gerak mereka. Bisa dibayangkan, rutinitas seperti itu tidak mudah diterima di awal, banyak di antara mereka memberontak, menangis, bahkan ingin pulang.
Namun, seiring waktu, sensasi yang mereka tangkap mulai bergeser. Suara peluit pagi-pagi, semangat kebersamaan dalam barak, dan penguatan positif dari pembimbing perlahan menjadi pengalaman baru. Di sinilah proses pengolahan persepsi benar-benar terjadi. Tukar cerita antar teman seperjuangan, pengalaman menaklukkan tantangan fisik, hingga sesi refleksi harian membuat mereka mulai melihat hidup secara berbeda. Ada yang begitu bangga bisa bangun pagi, ada pula yang baru sadar arti keluarga dari surat-surat yang dikirim orangtua. Begitu persepsi bergeser, respons perilaku pun turut berubah. Sedikit demi sedikit, muncul rutinitas positif: rajin belajar, patuh waktu, percaya diri, dan mampu bicara tentang impian masa depan.
Analisis Pola Perubahan Diri Ayu Aryanti
Jika diuraikan dengan skema persepsi Bell, perubahan diri Ayu Aryanti melalui tahapan:
Melihat dua kisah di atas, kita bisa belajar bahwa perubahan kadang lebih rumit dari sekadar “kesempatan” atau “kerja keras.” Pada Ayu Aryanti, stimulus perubahan bertubi-tubi seakan mentok di tembok tebal persepsi diri. Lingkungan baru dan fasilitas luar biasa dari KDM ternyata tak sanggup menggoyahkan rasa nyaman dari zona lama, karena persepsinya tak berubah. Sementara itu, pada remaja ‘unik’, perubahan lingkungan yang drastis—meski awalnya penuh perlawanan—secara perlahan berhasil mengelupas lapisan-lapisan persepsi lama mereka. Didukung kebiasaan baru dalam barak dan peran pembimbing yang sabar, persepsi remaja berubah dan akhirnya, otomatis respons dan kebiasaan pun tumbuh ke arah yang lebih positif.
Kita bisa saja menghadirkan fasilitas, program, atau motivasi, tapi kalau makna perubahan tak diterima dengan hati dan dimaknai secara pribadi, hasilnya akan berbeda-beda. Perubahan sejati kuncinya memang pada “pemaknaan baru” yang tumbuh dari dalam.
Kasus ini menjadi contoh nyata bahwa sebanyak apapun stimulus perubahan, jika persepsi individu belum menerima, perubahan perilaku tidak akan terjadi secara nyata.
Analisis Pola Perubahan Diri Remaja 'Unik' yang Berhasil Berubah
Berdasarkan skema persepsi Bell, perubahan perilaku pada remaja-remaja 'unik' yang mengikuti program barak militer KDM, dapat dirinci dalam tahapan: Jika ingin benar-benar membantu seseorang berubah, kita tidak cukup hanya hadir membawa fasilitas atau sekadar memberi motivasi. Kita butuh memahami cerita hidup, nilai-nilai yang dipegang, juga persepsi yang membentuk identitas mereka.
Dukungan lingkungan sangat penting, namun proses mendampingi perubahan persepsi—seringkali lewat percakapan reflektif, pengalaman baru yang bermakna, dan contoh keteladanan nyata—adalah inti dari perubahan jangka panjang. Pada akhirnya, peran keluarga, sekolah, hingga pemerintah tidak bisa hanya berhenti di permukaan. Kita perlu benar-benar dekat, sabar membuka ruang diskusi dan mendukung anak-anak muda mengenal makna perubahan dengan sudut pandang mereka sendiri. Langkah-langkah sederhana, seperti mentoring atau saling berbagi pengalaman antarteman, ternyata bisa menyuburkan benih persepsi baru yang menjadi akar habit positif.
Perbandingan dan Pembahasan
Kedua kasus di atas memperlihatkan betapa krusial peran persepsi dalam menentukan keberhasilan perubahan perilaku. Ayu Aryanti, walau mendapat stimulus lingkungan yang positif (perhatian, fasilitas, dukungan KDM), tetap berpegang pada persepsi lama—bahwa hidup sederhana sebagai penjual makaroni lebih sesuai dan nyaman baginya.
Persepsi yang tidak berubah menyebabkan respons perilaku stagnan dan membentuk kebiasaan lama kembali.Sebaliknya, remaja 'unik' yang awalnya bermasalah, justru persepsinya berproses; setelah melalui tekanan, bimbingan, dan keteladanan di barak militer, pandangan mereka terhadap masa depan berubah. Persepsi baru inilah yang menjadi kunci transformasi. Mereka berhasil mengulang perilaku positif dan membangun kebiasaan baru.
Solusi dan Kesimpulan
Diperlukan intervensi yang lebih mendalam pada sisi persepsi: bukan hanya menyediakan stimulus lingkungan dan fasilitas, namun juga membangun dialog reflektif, pemberdayaan pengalaman baru yang bermakna, serta pendampingan psikologis intensif. Proses perubahan diri menjadi lebih efektif bila individu merasa terlibat secara emosional dan memahami makna perubahan tersebut bagi kehidupan pribadinya.
Skema ini menjadi ringkasan visual proses perubahan perilaku yang dibahas di makalah
DAFTAR PUSTAKA:
Kadisdik (2024). Ayu tidak lagi tinggal di rumah Kang Dedi Mulyadi. Tamat sekolah milih jualan makroni. Kadisdik Jabar. 22 Sep. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=0SMtGmUMrds
KDM Channel (2022a). Bikin haru Ayu Aryanti pelajar kelas 2 SMK jadi tukang sapu gantikan bapaknya yang sk1t. Kang Dedi Mulyadi Channel. 15 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=8klXb7Epq-8
KDM Channel (2022b). Tangis haru Bu Yati restui Ayu ke Lembur Pakuan. Heboh tetangga dibagi roti gratis. Kang Dedi Mulyadi Channel. 18 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=qtv9js6QgXc
KDM Channel (2022c). Hujan air mata jatuh di SMK 2. Saat mendengar Ayu mau dipindahkan sekolahnya. Kang Dedi Mulyadi Channel. 19 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=xFs510DETXs
KDM Channel (2022d). Saat Ayu bahagia temani bapaknya makan di hotel berbintang. Menunya hanya pilih nasi goreng. Kang Dedi Mulyadi Channel. 27 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=4JDcNVszPig
KDM Channel (2022e). Saat diajak makan di warung - diberi ikan dan daging ayam - Ayu malah sedih dan nangis. Kang Dedi Mulyadi Channel. 29 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=R31NwUn23B4
KDM Channel (2022f). Kang Dedi panggil dokter. Ayu dan Egi diperiksa detil. Ada apa ya? Kang Dedi Mulyadi Channel. 31 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=k5uAfkF3rDc
KDM Channel (2023). Ayu lucu | pulang sekolah tak pulang ke rumah | bingung bekal habis pake perawatan wajah. Kang Dedi Mulyadi Channel. 23 Sep. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=AVajIo-5Iyg&t=991s
KDM Channel (2025a). Bikin nangis!! KDM menjadi ayah angkat untuk anak2 didik barak militer yang tidak memiliki ortu. Kang Dedi Mulyadi Channel. 20 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=rWnkm2f8U-Y
KDM Channel (2025b). Tampil bersih dan sopan. Anak asuh KDM berkumpul di Lembur Pakuan - sampaikan cita-cita. Kang Dedi Mulyadi Channel. 24 Mei. Retrieved on July 24, 2025 from: https://www.youtube.com/watch?v=bH999xwoqgQ&t=369s
Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI
0 komentar:
Posting Komentar