24.7.25

Psikologi Inovasi_ Essay 9_Membuat Tulisan untuk Ujian Akhir ( Rizka Latifa-23310410058)

 Essay 9_Membuat Tulisan untuk Ujian Akhir


                                PERSEPSI DALAM KESADARAN UNTUK BERUBAH


         Rizka Latifa NIM 23310410058

Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundati Shinta, M.A.

 



        Saat ini, Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi sorotan di media sosial karena kemampuannya "memaksa" orang untuk berubah. Namun, perubahan itu tidak selalu diterima dengan mudah. Sebagian orang menolak, seperti Ayu Aryanti, seorang remaja SMK yang memilih kembali jadi penjual makaroni meski sempat diasuh KDM. Padahal, KDM membiayai pendidikannya dengan harapan ia bisa meraih masa depan lebih baik. Tapi, Ayu tetap memilih jalan lama mungkin saja karena persepsinya tentang kesuksesan berbeda dari yang KDM bayangkan.

Di sisi lain, remaja-remaja "unik" (nakal, tawuran, atau peminum) justru berubah drastis setelah ikut program KDM. Mereka dilatih di barak militer, diajari disiplin, dan dibimbing hingga perilakunya berubah. Bedanya dengan Ayu? Mereka memiliki persepsi berbeda tentang arti perubahan. Menurut skema persepsi Paul A. Bell, persepsi seseorang terbentuk dari pengalaman, kebutuhan, dan harapan. Remaja "unik" ini mungkin melihat program KDM sebagai kesempatan untuk lepas dari masa lalu buruk, sementara Ayu menganggap kehidupan keluarganya lebih nyaman.

Ayu tumbuh dalam lingkungan sederhana, membantu orang tua berjualan sejak kecil. Bagi dia, menjadi penjual makaroni mungkin sudah dianggap "cukup". Persepsinya tentang masa depan terbentuk dari pengalaman langsung, bukan dari cita-cita tinggi. Sedangkan remaja "unik" yang sempat terpuruk justru melihat program KDM sebagai jalan keluar. Mereka punya motivasi untuk berubah karena sudah merasakan dampak negatif dari perilaku lama.

Perbedaan ini bisa dijelaskan lewat teori persepsi selektif yaitu manusia cenderung memilih informasi yang sesuai dengan keyakinannya. Ayu mungkin mengabaikan ajakan KDM karena tidak sesuai dengan pandangannya, sementara remaja "unik" justru terbuka karena merasa program itu menjawab masalah mereka. Jika ingin mengubah seseorang, kita harus paham dulu bagaimana persepsi mereka terbentuk.

Saya memahami niat baik Kang Dedi Mulyadi (KDM) dalam mendorong perubahan, tetapi metode "pemaksaan" seperti program barak militer atau pengasuhan paksa memiliki kelemahan mendasar. Perubahan yang datang dari tekanan eksternal seringkali tidak bertahan lama karena tidak muncul dari kesadaran diri. Lihat saja kasus Ayu Aryanti meskipun diberi fasilitas pendidikan lengkap, ia tetap memilih kembali ke keluarganya. Ini membuktikan bahwa perubahan sejati harus dimulai dari dalam, bukan sekadar dipaksakan dari luar.\

Mahatma Gandhi justru mengajarkan bahwa transformasi manusia harus dibangun melalui kesadaran diri, dialog, dan keteladanan, bukan paksaan. Prinsip Satyagraha-nya (berpegang pada kebenaran dengan cara damai) menekankan bahwa perubahan sosial yang abadi hanya terjadi ketika orang merasa diyakinkan, bukan dipaksa. Gandhi percaya bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk berubah asalkan diberi ruang untuk berpikir kritis, bukan diatur seperti tentara.

Pertentangan antara pendekatan KDM dan filosofi Gandhi mengungkap perbedaan mendasar dalam memandang perubahan manusia. KDM mengandalkan kontrol eksternal melalui disiplin ketat dan fasilitas materi, sementara Gandhi menekankan transformasi internal melalui kesadaran dan keteladanan. Kasus Ayu Aryanti membuktikan bahwa perubahan paksaan sering gagal ketika tidak selaras dengan persepsi dan nilai individu. Sebaliknya, remaja di barak militer mungkin menunjukkan perubahan perilaku, tetapi belum tentu perubahan mindset yang berkelanjutan. Teori persepsi Paul A. Bell memperkuat bahwa efektivitas intervensi bergantung pada pemahaman terhadap sudut pandang subjek. Gandhi menawarkan solusi lebih humanis melalui pendidikan karakter dan pemberdayaan berbasis komunitas. Integrasi antara pemahaman psikologis tentang persepsi dan pendekatan transformatif ala Gandhi dapat menciptakan perubahan yang lebih autentik. Pada akhirnya, perubahan sejati harus datang dari dalam, didukung oleh lingkungan yang memahami, bukan sekadar memaksa.

Referensi:

Gandhi, M.K. (1938). Harijan: Kumpulan Pemikiran tentang Pendidikan dan Pembebasan. Navajivan Press.

KDM Channel (2022-2025). Documentary Series on Youth Rehabilitation. YouTube.

Kadisdik Jawa Barat (2024). Laporan Evaluasi Program Rehabilitasi Remaja. Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Patra, G. (1953). Educational Philosophy of Mahatma Gandhi. 

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807.

0 komentar:

Posting Komentar