Essay 3_Berperilaku Inovatif Secara Nyata
Alat Komunikasi Mood Society
Rizka Latifa NIM 23310410058
Dosen Pengampuh : Dr.Dra. Arundati Shinta, M.A.
Pernah
ngerasain gak sih. kadang, ekspresi wajah tidak cukup menggambarkan perasaan. Terus
kadang ngerasain aku ingin orang-orang tahu apa yang sedang aku rasakan tanpa
harus banyak bicara. Tapi, bagaimana caranya?
Akhirnya, aku
menciptakan "Mood Society"—sebuah alat sederhana yang bisa
memberitahu orang lain tentang suasana hatiku saat ini. Alat ini mudah dibuat,
murah, dan efektif.
Bahan-bahan
yang Dibutuhkan:
- Kertas duplek (sebagai
alas utama)
- Bekas kaca stop
kontak tiga warna (biru, kuning, merah)
- Dobel tape (untuk merekatkan)
- Gunting (untuk memotong)
- Spidol (untuk
menggambar ekspresi wajah)
- Kabel charger HP
rusak (sebagai tali gantung)
- Penjepit rambut (untuk menentukan posisi mood)
Cara Membuat Mood Society:
- Potong kertas duplek sesuai
ukuran yang diinginkan (bisa berbentuk lingkaran, kotak, atau persegi
panjang).
- Tempelkan kaca stop
kontak di bagian tengah menggunakan dobel tape.
- Gambar ekspresi wajah di
setiap warna:
- Biru = Aku lagi ceria, bisa diajak ngobrol atau
bercanda.
- Kuning = Netral, biasa aja, atau sedang tidak mood
tapi masih bisa diajak interaksi.
- Merah = Aku ingin sendiri dulu, jangan ganggu.
- Pasang kabel charger sebagai
tali gantung di bagian belakang.
- Gunakan penjepit
rambut sebagai penunjuk mood saat ini (geser ke warna yang sesuai).
Cara
Menggunakan:
Gantungkan Mood
Society di tempat yang mudah terlihat seperti depan pintu kamar. Jadi saat
suasana hatiku berubah, cukup geser penjepit rambut ke warna yang sesuai.
Tujuan dari Alat
yang ini adalah:
1.
1. Menghindari Salah Paham Tanpa Banyak Bicara
wajah
bisa ambigu—tersenyum belum tentu berarti aku baik-baik saja. Mood Society hadir
sebagai visual cue yang jelas:
- 🔵 Biru = "Aku
terbuka untuk diajak ngobrol!"
- 🟡 Kuning = "Bisa diajak interaksi, tapi
jangan terlalu intens."
- 🔴 Merah = "Bukan waktunya—aku butuh
ruang."
Dengan begini,
orang tak perlu menebak-nebak atau memaksaku menjelaskan perasaan.
2. Melatih Orang Sekitar untuk Menghormati Batasan
Aku percaya
hubungan sehat dimulai dari saling menghargai kebutuhan personal. Sayangnya,
banyak orang:
- Terlalu pushy saat kita
butuh waktu sendiri
- Malah tersinggung
ketika kita menolak interaksi
Mood Society menjadi boundary marker yang non-confrontational—cara
halus mengingatkan bahwa "Tidak semua saat adalah waktu yang tepat
untuk bersosialisasi."
3. Mengurangi Beban Mental Saat Menolak Interaksi
Sebagai orang yang sering people-pleaser, bilang "Aku
mau sendiri dulu" itu sulit karena:
- Takut dianggap tidak ramah
- Khawatir menyakiti perasaan orang lain
Dengan alat
ini, penolakan jadi lebih natural karena sudah ada "peraturan
visual" yang disepakati. Aku tak perlu merasa bersalah lagi!
4. Memandu Orang Terdekat Memberi Dukungan yang Tepat
Setiap warna mood adalah signal untuk respon yang
berbeda:
- Biru = "Ayo ajak aku makan es
krim!"
- Kuning = "Butuh teman mendengarkan? Aku
di sini."
- Merah = "Tenang, aku beri kamu space.
Nanti kabari ya kalau sudah siap."
Manfaat Mood Society:
✔ Sederhana, unik, dan bisa jadi dekorasi kamar.
✔ Orang lain tahu kapan waktu yang tepat untuk mendekat atau memberiku space.
✔ Hindari pertanyaan "Kamu kenapa?" yang kadang bikin makin bete. Ini membantu
hubungan jadi lebih empatik tanpa drama.Pada intinya mood Society bukan sekadar alat. Dengan
alat ini, orang langsung tahu apakah aku sedang open for interaction atau butuh
me-time. Selain itu ia adalah silent agreement antara aku dan
lingkunganku untuk berinteraksi dengan lebih sehat.
0 komentar:
Posting Komentar