24.7.25

Psikologi Inovasi_ Essay 3_ Berperilaku Inovatif Secara Nyata: Membuat Mood Society

 Essay 3_Berperilaku Inovatif Secara Nyata


Alat Komunikasi Mood Society

Rizka Latifa NIM 23310410058

Dosen Pengampuh : Dr.Dra. Arundati Shinta, M.A.

 

Pernah ngerasain gak sih. kadang, ekspresi wajah tidak cukup menggambarkan perasaan. Terus kadang ngerasain aku ingin orang-orang tahu apa yang sedang aku rasakan tanpa harus banyak bicara. Tapi, bagaimana caranya?

Akhirnya, aku menciptakan "Mood Society"—sebuah alat sederhana yang bisa memberitahu orang lain tentang suasana hatiku saat ini. Alat ini mudah dibuat, murah, dan efektif.

Bahan-bahan yang Dibutuhkan:

  1. Kertas duplek (sebagai alas utama)
  2. Bekas kaca stop kontak tiga warna (biru, kuning, merah)
  3. Dobel tape (untuk merekatkan)
  4. Gunting (untuk memotong)
  5. Spidol (untuk menggambar ekspresi wajah)
  6. Kabel charger HP rusak (sebagai tali gantung)
  7. Penjepit rambut (untuk menentukan posisi mood)



Cara Membuat Mood Society:

  1. Potong kertas duplek sesuai ukuran yang diinginkan (bisa berbentuk lingkaran, kotak, atau persegi panjang).
  2. Tempelkan kaca stop kontak di bagian tengah menggunakan dobel tape.
  3. Gambar ekspresi wajah di setiap warna:
    1. Biru = Aku lagi ceria, bisa diajak ngobrol atau bercanda.
    2. Kuning = Netral, biasa aja, atau sedang tidak mood tapi masih bisa diajak interaksi.
    3. Merah = Aku ingin sendiri dulu, jangan ganggu.
  4. Pasang kabel charger sebagai tali gantung di bagian belakang.
  5. Gunakan penjepit rambut sebagai penunjuk mood saat ini (geser ke warna yang sesuai).

Cara Menggunakan:

Gantungkan Mood Society di tempat yang mudah terlihat seperti depan pintu kamar. Jadi saat suasana hatiku berubah, cukup geser penjepit rambut ke warna yang sesuai.





Tujuan dari Alat yang ini adalah:

1. 

1.     Menghindari Salah Paham Tanpa Banyak Bicara 

wajah bisa ambigu—tersenyum belum tentu berarti aku baik-baik saja. Mood Society hadir sebagai visual cue yang jelas:

  • 🔵 Biru = "Aku terbuka untuk diajak ngobrol!"
  • 🟡 Kuning = "Bisa diajak interaksi, tapi jangan terlalu intens."
  • 🔴 Merah = "Bukan waktunya—aku butuh ruang."

Dengan begini, orang tak perlu menebak-nebak atau memaksaku menjelaskan perasaan.

2. Melatih Orang Sekitar untuk Menghormati Batasan

Aku percaya hubungan sehat dimulai dari saling menghargai kebutuhan personal. Sayangnya, banyak orang:

  • Terlalu pushy saat kita butuh waktu sendiri
  • Malah tersinggung ketika kita menolak interaksi

Mood Society menjadi boundary marker yang non-confrontational—cara halus mengingatkan bahwa "Tidak semua saat adalah waktu yang tepat untuk bersosialisasi."

3. Mengurangi Beban Mental Saat Menolak Interaksi

Sebagai orang yang sering people-pleaser, bilang "Aku mau sendiri dulu" itu sulit karena:

  • Takut dianggap tidak ramah
  • Khawatir menyakiti perasaan orang lain

Dengan alat ini, penolakan jadi lebih natural karena sudah ada "peraturan visual" yang disepakati. Aku tak perlu merasa bersalah lagi!

4. Memandu Orang Terdekat Memberi Dukungan yang Tepat

Setiap warna mood adalah signal untuk respon yang berbeda:

  • Biru = "Ayo ajak aku makan es krim!"
  • Kuning = "Butuh teman mendengarkan? Aku di sini."
  • Merah = "Tenang, aku beri kamu space. Nanti kabari ya kalau sudah siap."

Manfaat Mood Society:

 Sederhana, unik, dan bisa jadi dekorasi kamar.
 Orang lain tahu kapan waktu yang tepat untuk mendekat atau memberiku space.
 Hindari pertanyaan "Kamu kenapa?" yang kadang bikin makin bete. 
Ini membantu hubungan jadi lebih empatik tanpa drama.Pada intinya mood Society bukan sekadar alat. Dengan alat ini, orang langsung tahu apakah aku sedang open for interaction atau butuh me-time. Selain itu ia adalah silent agreement antara aku dan lingkunganku untuk berinteraksi dengan lebih sehat.

 

 


0 komentar:

Posting Komentar