24.7.25

ESSAY UAS - PSIKOLOGI INOVASI - Nurhandika Khayata Auladi (22310410198) - DR. Arundati Shinta-UP45-JULI2025

 

 Nama: Nurhandika Khayata Auladi

NIM: 22310410198

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Kelas: SJ & SP

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

UAS Psikologi Inovasi - Juli 2025


 Persepsi dan Perubahan Diri Ayu Aryanti vs Remaja ‘Unik’ dalam Skema Paul A. Bell

Perubahan perilaku seseorang tidak bisa dilepaskan dari proses persepsi terhadap lingkungannya. Dalam konteks Psikologi Inovasi, kisah Ayu Aryanti dan remaja-remaja ‘unik’ yang diasuh oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi contoh konkret tentang bagaimana stimulus lingkungan yang sama bisa menghasilkan hasil yang sangat berbeda. Padahal, baik Ayu maupun para remaja itu sama-sama mendapatkan kesempatan yang luar biasa: tinggal bersama KDM, mendapatkan fasilitas pendidikan, perhatian, bahkan kasih sayang seperti keluarga sendiri. Namun, Ayu justru memilih kembali ke lingkungan lamanya dan menolak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan para remaja 'unik' justru menunjukkan perubahan perilaku yang sangat positif dan mulai merancang masa depan mereka secara lebih terarah.

Menurut teori persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan, persepsi terbentuk melalui proses seleksi, organisasi, dan interpretasi terhadap stimulus yang masuk dari lingkungan. Ayu Aryanti kemungkinan besar hanya memilih stimulus yang berhubungan dengan kenyamanan emosional dan keterikatan pada lingkungan lamanya. Ia tidak menginternalisasi makna dari kesempatan yang diberikan sebagai peluang perubahan, melainkan sebagai tekanan yang mengancam identitas lamanya sebagai anak dari keluarga sederhana. Dengan kata lain, seleksi stimulus yang dilakukan Ayu lebih diarahkan pada nostalgia dan perasaan tidak nyaman berada di luar zona nyamannya. Sementara itu, remaja-remaja ‘unik’ yang ditempatkan dalam barak militer justru mengalami seleksi stimulus yang bersifat keras, terstruktur, dan berulang. Mereka tidak diberi banyak pilihan selain beradaptasi dan menerima nilai-nilai baru seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan perencanaan masa depan.

Tahapan organisasi persepsi juga memperlihatkan perbedaan mendasar. Ayu tetap mengorganisasi pengalamannya dengan kerangka nilai yang lama—tetap memandang pendidikan sebagai beban, dan merasa cukup dengan berdagang makaroni walau hanya berpenghasilan kecil. Sedangkan remaja ‘unik’ mengorganisasi nilai-nilai baru yang diajarkan di barak sebagai fondasi kehidupan baru. Mereka mulai membentuk cara pandang yang berbeda terhadap kehidupan, terutama karena mereka mendapatkan pengalaman kolektif, perhatian langsung dari KDM, serta lingkungan yang penuh aturan. Tahap interpretasi menjadi titik balik terpenting: Ayu menafsirkan perubahan sebagai tekanan, sedangkan remaja-remaja ‘unik’ menafsirkan perubahan sebagai harapan baru.

Proses persepsi inilah yang pada akhirnya membentuk perilaku dan kebiasaan. Ayu kembali pada kebiasaan lamanya dan menghindari tantangan baru, yang menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung pun tidak selalu cukup jika persepsi individunya tidak berubah. Sebaliknya, remaja-remaja ‘unik’ membentuk perilaku baru yang lebih positif, karena mereka mengalami stimulus yang kuat dan mampu menginternalisasi nilai-nilai perubahan sebagai hal yang menguntungkan untuk masa depan mereka. Dengan demikian, perubahan diri sangat ditentukan bukan hanya oleh lingkungan yang mendukung, tetapi juga oleh persepsi individu terhadap lingkungan tersebut.

Sebagai mahasiswa Psikologi Inovasi, kita bisa menyimpulkan bahwa perubahan yang efektif memerlukan pendekatan yang tidak hanya menekankan pada penyediaan fasilitas, tetapi juga menyentuh aspek persepsi dan makna yang dibentuk oleh individu. Kasus Ayu mengajarkan bahwa tidak semua orang bisa diubah hanya dengan diberi kesempatan dan kasih sayang. Perubahan harus dibarengi dengan strategi membentuk persepsi baru—baik melalui pendekatan yang empatik, maupun melalui pengalaman langsung yang mengguncang sistem nilai lama. Intervensi inovatif harus memperhitungkan bagaimana seseorang menyaring, mengatur, dan menafsirkan stimulus, karena dari sanalah perilaku akan terbentuk dan berubah menjadi kebiasaan.

 

DAFTAR PUSTAKA:

Kadisdik. (2024). Ayu tidak lagi tinggal di rumah Kang Dedi Mulyadi. Tamat sekolah milih jualan makaroni. Kadisdik Jabar. Diakses 24 Juli 2025 dari https://www.youtube.com/watch?v=0SMtGmUMrds

KDM Channel (2022a). Bikin haru Ayu Aryanti pelajar kelas 2 SMK jadi tukang sapu gantikan bapaknya yang sk1t.  Kang Dedi Mulyadi Channel. Diakses 24 Juli 2025 dari: https://www.youtube.com/watch?v=8klXb7Epq-8

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

 

0 komentar:

Posting Komentar