25.7.25

ESSAY UAS - PSIKOLOGI INOVASI - Nadi Asmara W (22310410156) - DR. Arundati Shinta-UP45-JULI2025

 ESSAY UAS

PSIKOLOGI INOVASI

Oleh:

Nama : Nadi Asmara W

NIM : 22310410156


Dosen Pengampu:

DR. Arundati Shinta


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Yogyakarta

2025

Perubahan Perilaku Remaja dalam Perspektif Psikologi Lingkungan: Studi Kasus Ayu Aryanti dan Remaja ‘Unik’ Lainnya



Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang beragam, termasuk remaja yang tinggal di lingkungan panti sosial. Mereka datang dari kondisi keluarga yang beragam ada yang menjadi korban kekerasan, penelantaran, maupun keterbatasan ekonomi. Dalam film dokumenter “Mata Kamera: Rumah Kedua KDM”, terlihat bagaimana remaja-remaja yang tinggal di KDM (Kampus Diakonia Modern) memiliki karakteristik dan respons yang berbeda-beda terhadap lingkungan barunya. Salah satu tokoh yang cukup menonjol adalah Ayu Aryanti. Ia menunjukkan adanya perubahan perilaku yang signifikan dibandingkan beberapa remaja lain yang cenderung ‘unik’ dalam hal penyesuaian sosial maupun motivasi belajar. Fenomena ini menarik untuk dianalisis melalui pendekatan psikologi lingkungan, khususnya dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dkk (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995).

Ayu Aryanti adalah seorang remaja yang awalnya memiliki latar belakang keluarga yang tidak harmonis dan mengalami keterbatasan ekonomi. Setelah masuk ke dalam lingkungan KDM, ia menunjukkan perubahan perilaku yang sangat positif. Ayu menjadi lebih semangat belajar, mampu membangun relasi sosial yang sehat, serta mulai menyusun tujuan hidup secara lebih terarah. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan baru yang penuh perhatian, struktur, dan dukungan emosional memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan dalam diri Ayu.

Berbeda halnya dengan beberapa remaja lainnya dalam dokumenter tersebut yang digambarkan sebagai pribadi ‘unik’. Sebutan ‘unik’ dalam konteks ini merujuk pada perilaku yang menyimpang dari norma atau belum mampu beradaptasi secara optimal dengan lingkungan barunya. Beberapa dari mereka menunjukkan penolakan terhadap aturan, perilaku impulsif, kesulitan membentuk hubungan interpersonal, hingga motivasi belajar yang rendah. Meskipun mereka tinggal di lingkungan yang sama dengan Ayu, respons yang ditunjukkan terhadap situasi baru tersebut tampak berbeda. Hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa terdapat perbedaan respons yang cukup signifikan antara Ayu dan remaja lainnya?

Menurut skema persepsi yang dikembangkan oleh Paul A. Bell dkk, persepsi terhadap lingkungan terdiri atas tiga tahap, yaitu stimulus – interpretasi – respons. Lingkungan memberikan stimulus kepada individu, kemudian stimulus tersebut ditafsirkan (interpreted) berdasarkan pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, serta kondisi psikologis individu. Hasil interpretasi ini akan menentukan respons yang ditampilkan.

Dalam kasus Ayu, stimulus berupa kasih sayang, aturan yang konsisten, dan perhatian dari pengasuh di KDM ditafsirkan secara positif sebagai bentuk penerimaan dan harapan baru. Pengalaman masa lalu yang penuh kekurangan membuat Ayu lebih mampu menghargai stimulus tersebut dan memaknainya sebagai peluang untuk berkembang. Maka, respons yang muncul adalah keterbukaan, kepatuhan terhadap aturan, serta motivasi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Sementara itu, remaja lainnya yang menolak berubah mungkin memiliki pengalaman masa lalu yang membuat mereka menafsirkan stimulus dari lingkungan baru secara negatif. Misalnya, aturan ketat di KDM ditafsirkan sebagai bentuk kontrol yang mengancam kebebasan, bukan sebagai struktur yang mendukung. Pengalaman traumatis, rasa tidak percaya terhadap orang dewasa, serta kebutuhan emosional yang belum terpenuhi dapat menghambat proses interpretasi yang sehat, sehingga menghasilkan respons defensif atau penolakan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara Ayu dan remaja ‘unik’ lainnya bukan semata-mata karena perbedaan lingkungan fisik atau sosial, melainkan karena perbedaan cara mereka memaknai stimulus yang datang dari lingkungan tersebut. Psikologi lingkungan melalui skema persepsi Paul A. Bell dkk memberikan pemahaman bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan pengalaman sebelumnya.

Ayu Aryanti menjadi contoh konkret bahwa perubahan positif dapat terjadi ketika individu mampu menafsirkan lingkungannya secara konstruktif. Hal ini menekankan pentingnya lingkungan yang suportif dan konsisten, namun juga menunjukkan bahwa intervensi psikologis perlu mempertimbangkan pengalaman subjektif individu agar interpretasi terhadap stimulus lingkungan dapat diarahkan secara positif.


Daftar Pustaka:

Patimah, S., Fitriana, H., & Aryani, A. (2024). Psikologi Lingkungan: Teori dan Aplikasi dalam Konteks Sosial Budaya Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Balai Pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar