24.7.25

ESSAY UAS - PSIKOLOGI INOVASI - Abdul Basit Cahyana (22310410166) - DR. Arundati Shinta-UP45-JULI2025

 ESSAY UAS

PSIKOLOGI INOVASI

Oleh:

Nama : Abdul Basit Cahyana

NIM : 22310410166


Dosen Pengampu:

DR. Arundati Shinta


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Yogyakarta

2025



 Dalam konteks perubahan diri memang sangat erat berkaitan dengan persepsi individu terhadap diri individu itu sendiri, lingkungan di mana individu itu berada, dan pemaknaan akan pengalaman hidup individu tersebut. Dalam contoh kasus Ayu Aryanti dan remaja "unik" binaan KDM tentunya jika dikaitkan dengan menggunakan Skema Persepsi dari Paul A. Bell, dkk. (dalam Patimah, dkk., 2024; Sarwono, 1995). dapat menjelaskan mengapa bisa terjadi perbedaan hasil perubahan antara Ayu Aryanti dan remaja lainnya yang sama-sama ada dalam binaan KDM.

Dalam fenomena yang dialami oleh Ayu dan para remaja "unik" ini menunjukan ketika sebuah stimulus lingkungan yang baik belum tentu atau bahkan tidak selalu mampu menghasilkan perubahan perilaku, hal ini tentunya juga menjadi bukti bahwa dengan tidak ada dukungan oleh persepsi dari individu itu sendiri untuk terbuka dan kurangnya motivasi internal yang kuat, maka perubahan perilaku suit untuk dapat terwujud.

Dalam perspektif psikologi, khususnya yang mengacu pada skema persepsi yang dikembangkan oleh Bell, dkk., maka bagaimana individu memaknai stimulus yang datang dari lingkungan melalui peroses pereptal yang tentunya dipengaruhi oleh adanya motivasi, harapan, nilai-nilai, dan pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi bagaimana proses hingga hasil perubahan perilaku bisa terjadi.

Ayu Aryanti ini merupakan remaja yang memiliki latar belakang yang sederhana, dimana dia kemudian diangkat menjadi anak asuh oleh KDM dan dipenuhi segala kebutuhannya dan diberikan jaminan pendidikan hingga perguruan tinggi. Namun, ketika setelah selama dua tahun hidup dalam kondisi lingkungan yang terbilang kondusif dan mendukung, Ayu ternyata memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya sebagaimana telah dierencanakan sebelumnya, dan malah memilih untuk kembali ke rumahnya untuk membantu orang tua kandungnya berjualan.

Pertanyaannya apakah hal tersebut salah atau kurang baik? memang hal ini juga bisa dikatakan bahwa nyatanya, persepsi seseorang tidak semerta-merta dapat berubah meski sudah diberikan stimulus eksternal yang notabene bisa sangat mendukung perubahan tersebut. Ayu mungkin saja tetap memiliki dan memegang teguh nilai-nilai yang dia percayai sebelumnya yang menekankan pada kesederhanaan dan kekeluargaan, dimana itu merupakan kondisi dan motivasi internal yang akhirnya memang jauh lebih kuat dalam menentukan perubahan perilaku individu. Dari sini kita bisa menganggap bahwa mungkin saja, meski mendapatkan stimulus yang luar biasa dari KDM, namun respons ayu tetap tidak berubah karena kondisi internalnya memang tidak mendukung transformasi tersebut.

Lalu bagaimana sebaliknya? dengan para remaja "unik" yang juga dibina oleh KDM melalui program yang dicanangkan justru malah mengalami perubahan yang signifikan. Dimana mereka yang sebelumnya terlibat dalam berbagai perilaku yang menyim pang seperti tawuran, mengkonsumsi minuman keras,b bahkan ada yang putus sekolah, malah setelah dipaksa untuk masuk dalam lingkungan yang asing bagi mereka sebelumnya, lingkungan yang disiplin, penuh aturan, dan rutinitas yang teratur dan tertib justru malah menunjukan perubahan perilaku bahkan hingga mampu merencanakan masa depan merek. Bagaimana bisa?

Hal ini akhirnya juga memperkuat pernyataan bahwa jika perubahan mampu diinternalisasi dengan baik dan sejalan dengan nilai-nilai dan motivasi yang dimiliki tentunya akan mampu menciptakan perubayhan perilaku. Hal ini menunjukan bahwa terjadi pergeseran pada persepsi mereka terhadap diri sendiri dan hidup atau dunia. Hal ini berbeda dengan Ayu. Dimana para remaja "unik" ini justru mengalami kejutan sistematik yang akhirnya mampu mengubah persepsi lama mereka dan mampu memjbuka ruang untuk penyesuaian nilai serta perilaku mereka yang baru.

Dari sini tentu menun jukan bahwa stimulus keras yang diberikan kepada individu atau kelompok bisa saja menciptakan perasaan tidak nyaman yang akhirnya memotivasi mereka untuk berubah, selain itu adanya kondisi psikologis yang lebih fleksibel tentu saja memungkinkan mereka untuk dapat menjalani dan melakukan perubahan jangka panjang.

Dengan demikian, mengacu kembali pada skema persepsi Paul A. Bell, hal ini dapat diartikan bahwa perubahan diri bukan soal besar kecil atau halus dan kerasnya dorongan eksternal, namun justru hal ini dipengaruhi dengan pproses perseptal internal masing-masing individu. Karena perubahan pada akhirnya bisa bertahan adalah ketika perubahan itu muncul sebagai buah dari persepsi individu itu sendiri terhadap realita dan masa depan apakah mengalami perubahan atau rekonstruksi tidak? Tidak hanya terkait stimulus yang berubah saja.

Akhirnya kita dapat memahami bahwa persepsi memberikan pengaruh besar terhadap perubahan perilaku demi membentuk kebiasaan baru. Oleh karena itu dalam perancangan intervensi psikologis berbasis inovasi, tentunya penting untu dipahami bahwa kita tidak hanay perlu menyiapkan stimulus dan fasilitas eksternal saja, namun juga perlu untuk menciptakan kondisi psikologis yang mendukung terjadinya perubahan persepsi individu yang mengikuti intervensi tersebut.

 

 

DAFTAR PUSTAKA:


Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI

0 komentar:

Posting Komentar