ESSAY UAS
PSIKOLOGI INOVASI
Oleh:
Nama : Abdul Basit Cahyana
NIM : 22310410166
Dosen Pengampu:
DR. Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Yogyakarta
2025
Dalam
fenomena yang dialami oleh Ayu dan para remaja "unik" ini menunjukan
ketika sebuah stimulus lingkungan yang baik belum tentu atau bahkan tidak
selalu mampu menghasilkan perubahan perilaku, hal ini tentunya juga menjadi
bukti bahwa dengan tidak ada dukungan oleh persepsi dari individu itu sendiri
untuk terbuka dan kurangnya motivasi internal yang kuat, maka perubahan
perilaku suit untuk dapat terwujud.
Dalam
perspektif psikologi, khususnya yang mengacu pada skema persepsi yang
dikembangkan oleh Bell, dkk., maka bagaimana individu memaknai stimulus yang
datang dari lingkungan melalui peroses pereptal yang tentunya dipengaruhi oleh
adanya motivasi, harapan, nilai-nilai, dan pengalaman masa lalu sangat
mempengaruhi bagaimana proses hingga hasil perubahan perilaku bisa terjadi.
Ayu
Aryanti ini merupakan remaja yang memiliki latar belakang yang sederhana,
dimana dia kemudian diangkat menjadi anak asuh oleh KDM dan dipenuhi segala
kebutuhannya dan diberikan jaminan pendidikan hingga perguruan tinggi. Namun,
ketika setelah selama dua tahun hidup dalam kondisi lingkungan yang terbilang
kondusif dan mendukung, Ayu ternyata memilih untuk tidak melanjutkan
pendidikannya sebagaimana telah dierencanakan sebelumnya, dan malah memilih
untuk kembali ke rumahnya untuk membantu orang tua kandungnya berjualan.
Pertanyaannya
apakah hal tersebut salah atau kurang baik? memang hal ini juga bisa dikatakan
bahwa nyatanya, persepsi seseorang tidak semerta-merta dapat berubah meski
sudah diberikan stimulus eksternal yang notabene bisa sangat mendukung
perubahan tersebut. Ayu mungkin saja tetap memiliki dan memegang teguh
nilai-nilai yang dia percayai sebelumnya yang menekankan pada kesederhanaan dan
kekeluargaan, dimana itu merupakan kondisi dan motivasi internal yang akhirnya
memang jauh lebih kuat dalam menentukan perubahan perilaku individu. Dari sini
kita bisa menganggap bahwa mungkin saja, meski mendapatkan stimulus yang luar
biasa dari KDM, namun respons ayu tetap tidak berubah karena kondisi
internalnya memang tidak mendukung transformasi tersebut.
Lalu
bagaimana sebaliknya? dengan para remaja "unik" yang juga dibina oleh
KDM melalui program yang dicanangkan justru malah mengalami perubahan yang
signifikan. Dimana mereka yang sebelumnya terlibat dalam berbagai perilaku yang
menyim pang seperti tawuran, mengkonsumsi minuman keras,b bahkan ada yang putus
sekolah, malah setelah dipaksa untuk masuk dalam lingkungan yang asing bagi
mereka sebelumnya, lingkungan yang disiplin, penuh aturan, dan rutinitas yang
teratur dan tertib justru malah menunjukan perubahan perilaku bahkan hingga
mampu merencanakan masa depan merek. Bagaimana bisa?
Hal
ini akhirnya juga memperkuat pernyataan bahwa jika perubahan mampu
diinternalisasi dengan baik dan sejalan dengan nilai-nilai dan motivasi yang
dimiliki tentunya akan mampu menciptakan perubayhan perilaku. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi pergeseran pada persepsi mereka terhadap diri sendiri
dan hidup atau dunia. Hal ini berbeda dengan Ayu. Dimana para remaja
"unik" ini justru mengalami kejutan sistematik yang akhirnya mampu
mengubah persepsi lama mereka dan mampu memjbuka ruang untuk penyesuaian nilai serta
perilaku mereka yang baru.
Dari
sini tentu menun jukan bahwa stimulus keras yang diberikan kepada individu atau
kelompok bisa saja menciptakan perasaan tidak nyaman yang akhirnya memotivasi
mereka untuk berubah, selain itu adanya kondisi psikologis yang lebih fleksibel
tentu saja memungkinkan mereka untuk dapat menjalani dan melakukan perubahan
jangka panjang.
Dengan
demikian, mengacu kembali pada skema persepsi Paul A. Bell, hal ini dapat
diartikan bahwa perubahan diri bukan soal besar kecil atau halus dan kerasnya
dorongan eksternal, namun justru hal ini dipengaruhi dengan pproses perseptal
internal masing-masing individu. Karena perubahan pada akhirnya bisa bertahan
adalah ketika perubahan itu muncul sebagai buah dari persepsi individu itu
sendiri terhadap realita dan masa depan apakah mengalami perubahan atau
rekonstruksi tidak? Tidak hanya terkait stimulus yang berubah saja.
Akhirnya
kita dapat memahami bahwa persepsi memberikan pengaruh besar terhadap perubahan
perilaku demi membentuk kebiasaan baru. Oleh karena itu dalam perancangan
intervensi psikologis berbasis inovasi, tentunya penting untu dipahami bahwa
kita tidak hanay perlu menyiapkan stimulus dan fasilitas eksternal saja, namun
juga perlu untuk menciptakan kondisi psikologis yang mendukung terjadinya
perubahan persepsi individu yang mengikuti intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA:
Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap
lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1),
Maret, 23-29.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo
& Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI

0 komentar:
Posting Komentar