ESSAY 6 & 7
PSIKOLOGI INOVASI
TIPS BELAJAR RESELIENSI DAN KETEKUNAN
MELALUI BERENANG
Oleh:
Nama : Abdul Basit Cahyana
NIM : 22310410166
Dosen Pengampu:
DR. Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Yogyakarta
2025
Air tidak
hanya bisa menjadi media atau elemen yang digunakan sebagai pembasuh tubuh
saja, tapi juga mampu menjadi cermin untuk bagaimana kita merefleksikan batin.
Bagaimana bisa? Jawabannya sederhana, ketika berada di dalam air, kita akan
hanya berhadapan dengan diri kita sendiri. Bagaimana ego bisa memberikan efek
terhadap bagaimana diri kita menjalani proses Latihan, bagaimana emosi bisa
berpengaruh dengan tempo dan setiap laju latihan. Oleh karena itu berenang ini
tidak hanya bisa membentuk fisik saja namun juga mampu membentuk ketangguhan
mental bagi kita yang melakukannya.
Melalui
berenang saya akhirnya menyadari dua hal yang sangat relevan untuk kehidupan
saya pribadi. Yaitu mengenai resiliensi dan ketekunan. Melalui berbagai macam
“musim” yang saya lalui saat berenang akhirnya saya mampu memahami hal-hal yang
berkaitan dengan diri saya sendiri, bagaimana akhirnya saya menjadikan berenang
tidak hanya sebatas olahraga saja.
Berenang
mengajarkan apa pentingnya resiliensi untuk tetap bangkit dari kesulitan
bagaimanapun situasinya. Proses berenang itu tidak sesederhana, mungkin ada
beberapa yang menganggap “renang itu mudah asal mengambang.” atau “renang itu
sepele, tidak sampai berkilo kilometer” namun apakah 100 meter dalam jarak
kolam akan benar-benar semudah itu ditaklukan? Rasanya tidak sesederhana itu.
Proses berenang adalah proses kesadaran, bagaimana kita sadar dan memahami
dimana kita sebagai entitas manusia dan bagaimana kita bisa bersinergi dengan
air di dalam kolam? Bagaimana kita bisa menemukan ritme yang tepat, bagaimana
bernapas dengan ritme yang teratur. Awal mula rasanya seperti dihancurkan
ketika harus kesulitan menyelesaikan satu kali 500 meter dengan mulus, namun
pada akhirnya bahwa ketika kesulitan untuk menyelesaikan 500 meter tak hanya
membutuhkan tenaga dan kecepatan saja, namun butuh pembenahan teknik yang terus
menerus dibenahi sehingga 500 berlalu dengan mudah. Selain itu dalam kondisi
seperti itu justru menumbuhkan kesadaran bahwa menenangkan diri saat melakukan
satu putaran menjadi salah satu kunci supaya dapat terus mencoba dan tidak
merasa kalah dalam kesulitan.
Resiliensi ini bukan hanya bagaimana menjadi
“tahan banting” saja, namun bagaimana kegagalan yang dialami justru bisa
digunakan sebagai Pelajaran untuk bertumbuh di kemudian hari (Reivich &
Shatte, 2002). Ini adalah salah satu refleksi yang membantu, dimana ketika saya
bawa pemahaman ini ke luar kolam, maka saya bisa menyadari bahwa ketika saya
berkuliah atau bekerja dan menghadapi tekanan, saya sadar bahwa saya tidak lagi
menuntut diri saya menjadi sempurna dan kecewa ketika tidak mendapatkan
kesempurnaan yang diinginkan, yang penting saya harus tetap melaju dan terus
berusaha. Oleh karena itu, resiliensi yang bisa saya peroleh dari kegiatan
berenang dengan pola latihan tersusun dan terukur tentunya membuat saya
menyadari beberapa tips resiliensi yang harus selalu dicoba:
1. Tenangkan diri setiap kali akan berhadapan dengan situasi-situasi yang mungkin kurang nyaman
2. Jangan bosan untuk mencoba ulang, karena kita ingin berkembang untuk diri kita bukan untuk orang lain memuji bagaimana kita bisa melakukan sesuatu.
3. Cari cara untuk mengembangkan diri, jangan hanya stuck dengan asumsi kita sendiri saja. Dengarkan orang lain untuk dapat berkembang.
Selain itu ada hal yang penting juga dilakukan supaya bisa menjadi resilience, yaitu tekun. Bagaimana caranya? Tentunya dengan konsisten.
Ketekunan
menjadi salah satu kunci yang dipelajari dalam hidup, dan melalui berenang
tentunya ini menjadi salah satu penyederhanaan kehidupan yang bisa saya sendiri
pelajari. Sebagaimana hidup, berenang bukan keahlian instan. Dibutuhkan latihan
yang konsisten untuk akhirnya mampu membentuk teknik, stamina, ritme dan
bahakan kepercayaan diri yang tepat. Melalui berenang akhirnya saya mempelajari
ketekunan tersebut atau disebut juga sebagai grit (Angela
Duckworth,2016) yang menekankan pada semangat dan kegigihan jangka Panjang.
Saya membiasakan diri untuk minimal menjalani kegiatan berenang rutin sebanyak
2 kali dalam seminggu. Meski ada terkadang perasaan capek atau bahkan bosan dan
malas namun saya tetap memaksakan diri saya untuk tetap hadir di kolam, karena
proses tidak pernah dapat dijalankan secara instan. Hal itu akhirnya tidak
hanya berimbas pada bagaimana saya menghadapi kemalasan di kolam saja, tapi
bagaimana akhirnya saya menghadapi tantangan sehari-hari. Dimana akhirnya saya
memahami bahwa saya bisa tetap melakukan hal secara konsisten, meski sedikit
tidak apa-apa, yang penting tidak menyerah, Dari situ saya sadari bahwa ada
beberapa kunci yang yang bisa membantu saya untuk dapat menjadi tekun sehingga
saya mampu menjadi resilience, diantaranya:
1. Lakukan saja, tidak apa-apa kalau saat ini hanya bisa melakukan sedikit saja, yang penting kita tidak berhenti.
2. Jangan menyerah ketika menghadapi kesulitan, hadapi dan hadirkan diri kita sehingga kita bisa belajar untuk menghadapi situasi ketidaknyamanan dengan lebih baik.
3. Konsisten. Tetapkan target apa yang dimau, oleh karena adanya target, kita pahami bahwa target tidak akan diperoleh dengan cara instan.
Dari sana,
saya menyadari bahwa berenang bukan sekadar aktivitas fisik saja bagi saya,
namun juga menjadi sebuah ruang untuk berefleksi dan seolah sebuah metafora
kehidupan tentang bagaimana saya untuk bisa tetap mengapung dan melaju meski
perlahan ketika beban datang. Sehingga saya mampu untuk tetap bangkit dan
konsisten dalam menjalani kehidupan yang saya Jalani.
DAPUS:
Duckworth,
A. (2016). Grit: The power of passion and perseverance. Scribner.
Reivich,
K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 Essential skills for
overcoming life’s inevitable obstacles. Broadway Books.
Link Video Tips:
Video 1 : Tips Belajar Resiliensi Melalui Berenang oleh Abdul Basit Cahyana
Video 2 : Tips Belajar Ketekunan Melalui Berenang oleh Abdul Basit Cahyana

0 komentar:
Posting Komentar