NIM : 22310410142
MATA KULIAH : PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU : DR. ARUNDATI SHINTA, M.A.
MEI 2025
Disonansi Kognitif pada Perokok: Studi Kasus Rekan Kerja
Eesay yang kedua ini yaitu disonansi Kognitif dengan studi kasus mewawancarai rekan kerja saya dengan inisial bapak (Y) usia 43 tahun dengan kesehariannya yaitu sebagai karyawan dan disaat sesi wawancara belum dimulai pun beliau tampak memegang sepuntung rokok. Namun, tidak menampakkan ke orang yang lebih banyak dan mengetahui bahwa seorang perokok aktif serta berat. Disaat sesi wawancara dimulai dan ditanya tentang rokok sangat antusias dan semangat. Narasumber mengatakan kalau dengan merokok menambah semangat kerja dan memang untuk untuk merokok mengeluarkan kocek yang lumayan besar.
Kebutuhan rokok bisa menjadi kebutuhan pokok sama halnya dengan kebutuhan sembako hanya saja tidak begitu seintensif perokok aktif lainnya, kemudian saya bertanya ketika merokok sudah tahukah dampak tentang merokok? jawabannya memang lebih itu sudah takdir dan usia kalau soal kesehatan. Memang puntung rokok kadang tidak terkontrol setelah merokok dan habis di rokok akan begitu saja tempatnya, begitu juga ketika merokok setelah sesi istirahat pasti akan menjauh dari lingkungan dan agak ditempat yang sepi dan merokok, dari narasumber mengatakan lebih nyaman ketika merokok ditempat yang agak sepi tidak akan menganggu orang lebih banyak.
Narasumber juga mengatakan kalau merokok itu sulit untuk berhenti karena sudah menjadi kebiasaan dan beberapa hal sudah dilakukan namun seiring waktu akan terasa tidak nyaman dan semangat beraktivitas kurang. Minimal dalam sehari itu merokok 1-2 batang rokok. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Halpern-Felsher dkk 2004) menyatakan peningkatan pengetahuan individu merokok berkontribusi untuk mencegah atau menghentikan seseorang dari kebiasaan merokok. Selanjut besarnya disonansi atau rasa tidak nyaman akibat inkonsistensi bergantung kepada beberapa hal, yaitu derajat kepentingan yang menunjukkan anggapan pentingnya suatu masalah, rasio disonansi yang menunjukkan jumlah disonansi atau ketidaknyamanan yang dialami dan kemampuan seseorang untuk merasionalisasi atau membenarkan yang menunjukkan alasan yang digunakan seseorang untuk menjelaskan mengapa inkonsistensi terjadi ( Dainton & Zelley, 2018).
Wawancara berjalan baik dan santai karena narasumber juga kita pahami hal yang dirasakan dan juga pendekatan dan adaptasi menyesuaikan kondisi psikologisnya dan sesi tersebut berjalan baik dan saya juga menjelaskan dampak kedepannya dengan merokok belum begitu tersentuh namun saya jelaskan perhitungan apabila merokok perharinya habis berapa bungkus dan juga ditambah kebutuhan untuk anak sekolah kedepannya narasumber mulai mencermati dan memahami.
Sebenernya narasumber mengetahui tentang dampak-damapk rokok baik dari iklan maupun dari sisi kesehatan. Kemudian, tentang sampah merupakan poin pentingnya yaitu bisa sembarang membuat puntung rokok dimana tempat berdiri dan merokok merupakan suatu permasalahan dan saya memberikan secara perlahan tentang dampaknya baik diri sendiri, orang lain dan lingkungan ketika orang lalu lalang dan juah dirumah malu dengan anak, barulah memahami tentang hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Suatan, Alexdra, Tatgyana, Alexandra, Irwansyah. 2021. Studi Review sistematis: Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dan Upaya Reduksinya pada Perokok Remaja. Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi.
0 komentar:
Posting Komentar