Cara Membangun Resiliensi di Tempat
Kerja dengan Framework Resiliensi
TUGAS
MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
ESSAI
6
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Fakultas
Psikologi Universitas Prokalmasi 45
Yogyakarta
Oleh:
Zainul
Danu Wijaya
24310420051
Cara Membangun Resiliensi di Tempat
Kerja dengan Framework Resiliensi
Ada berbagai rintangan dan
ketidakpastian di sekelilingmu, entah itu tekanan yang terus menerus dari
manajemen atas atau ketegangan yang kadang mengisi kantor. Dan jangan lupakan
juga proyek-proyek dengan klien yang menuntut dan batas waktu yang sangat singkat!
Namun salah satu kualitas yang membuatmu berbeda dari yang lain adalah
resiliensimu.
Orang yang tangguh mampu
berkembang saat mengalami tantangan, mereka mampu beradaptasi dengan cepat dan
menjaga produktivitasnya, sembari memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
dapat digunakan di masa depan.
Dalam artikel ini, kami membahas
Teori Resiliensi (Resilience Theory), kerangka kerja yang membantu individu
maupun organisasi untuk menghadapi ketidakpastian dan mengatasi rintangan.
Apa itu Teori Resiliensi?
Menjadi resilien bukan
berarti menghindari masalah atau menolak perubahan. Menjadi resilien berarti
menghadapi masalah dan memperlakukan itu sebagai pelajaran dan pengalaman. Ini
lebih tentang bagaimana kita bisa merangkul masalah-masalah itu. Jika dilihat
dari definisinya, Teori Resiliensi menekankan bagaimana setiap orang dan tim
dapat beradaptasi, pulih, dan berkembang setelah menghadapi tantangan.
Menariknya, Teori Resiliensi menyiratkan bahwa menjadi resilien bukanlah sebuah
karakteristik atau sifat yang tetap, melainkan sebuah proses yang dapat
dikembangkan dan diperkuat melalui pembelajaran. Artinya, pembangunan
resiliensi dimulai sejak masa anak-anak dan terus berlanjut hingga di tempat
kerja. Berikut adalah 4 elemen kunci dari Teori Resiliensi:
Faktor-faktor
pelindung: Faktor-faktor pribadi, hubungan, dan lingkungan yang mendorong
resiliensi memberikan perlindungan atau rasa menghindar dari tantangan.
Sifat-sifat seperti harga diri (self-esteem) dan optimisme dapat membantu kamu
melihat harapan pada akhir tantangan dan menjaga suasana hati positif. Bahkan,
keluarga, rekan kerja, dan sahabatmu menyediakan dukungan sosial yang kuat dan
akses ke sumber daya saat menghadapi masa-masa sulit.
Faktor-faktor risiko: Ada
beberapa hal yang membuatmu lebih rentan terhadap tantangan. Penting untuk
mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor ini agar kamu memiliki
persiapan untuk mengatasi tantangan. Salah satu contoh faktor risiko adalah kurangnya
faktor pendukung. Ketika kamu tidak memiliki bantuan yang diperlukan
untuk mengatasi masalah, hal itu bisa terasa luar biasa melelahkan dan
membuatmu patah semangat, seperti berusaha berenang menghadapi arus sungai
tanpa dayung.
Adaptasi dan koping: Penting
untuk mengenali batasan dan kapabilitas dirimu sendiri. Dengan memahami dan
berempati kepada orang lain, kamu dapat mengidentifikasi dukungan yang tepat
untuk dirimu sendiri dan timmu. Dengan menerapkan berbagai strategi untuk
menghadapi situasi-situasi sulit, seperti pemecahan masalah, mencari dukungan
sosial, pandangan positif, dan mempertahankan optimisme, kamu mampu mengatasi
situasi paling menegangkan dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Pertumbuhan yang
positif: Teori Resiliensi memberi tahu kita bahwa mengalami tantangan
dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi, pertumbuhan pasca trauma, dan
transformasi positif. Mengalami ketangguhan mengembangkan kekuatan, pandangan
baru, dan apresiasi yang lebih besar terhadap hidup, berkontribusi pada
kesejahteraanmu secara keseluruhan. Maka dari itu, selalu mencari
masalah-masalah yang menantang, untuk mengasah kemampuan dan muncul lebih kuat.
Framework ini menunjukkan
betapa kompleksnya kualitas resiliensi ini. Ini mencerminkan betapa banyak
faktor yang memiliki peran dalam menentukan ketangguhan individu, seperti
karakteristik pribadi contohnya optimisme, hingga faktor eksternal seperti
sistem dukungan dan budaya kerja. Oleh karena itu, untuk membangun resiliensi,
penting untuk memahami komponen-komponen ini.
0 komentar:
Posting Komentar