Disonansi
Kognitif pada Ibu Tunggal
TUGAS
MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
ESSAI
2
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Fakultas
Psikologi Universitas Prokalmasi 45
Yogyakarta
Oleh:
Zainul
Danu Wijaya
24310420051
Sebagai seorang ibu tunggal,
tanggung jawab yang diemban lebih kompleks karena harus menjalani peran ganda:
menjadi kepala keluarga, mencari nafkah, mendidik anak, dan mengurus rumah
tangga seorang diri. Peran sulit yang harus dijalani serta penerimaan diri yang
harus dilalui menimbulkan kondisi disonansi kognitif pada ibu tunggal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui disonansi kognitif yang dialami oleh
ibu tunggal sebagai kepala keluarga. Metode deskriptif kualitatif digunakan
dalam penelitian ini dengan paradigma konstruktivis. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara mendalam semi terstruktur dan observasi non-partisipan. Data
yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis data dari Miles dan
Huberman yaitu melalui tahap kondensasi data, penyajian data, verifikasi dan
penarikan kesimpulan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Ibu tunggal
merasa cukup berat dalam menjalani perannya mencari nafkah sekaligus mengurus
rumah, keempat informan memilih
Keluarga didefinisikan oleh
Helmawati dalam (Adison & Suryadi, 2020) sebagai kelompok kecil yang di
dalamnya terdapat ketua dan anggota, memiliki pemberian peran dan tugas, serta
hak dan kewajiban bagi setiap anggotanya. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2016) mengartikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, yaitu
individuindividu yang saling bergantung terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di bawah satu atap. Konsep keluarga
di Indonesia dipahami sebagai komunikasi dan interaksi yang melibatkan semua
orang di dalamnya memainkan peran, sebagai suami dan istri, orang tua dan anak,
juga anak sebagai saudara kakak-adik. Saat ini telah terjadi pergeseran peranan
dalam keluarga disebabkan oleh kondisi tertentu. Salah satunya adalah adanya
fenomena ibu tunggal yang disebabkan oleh kondisi berupa cerai hidup, cerai
mati atau bahkan ditinggalkan pasangan tanpa status yang jelas. Papalia dalam
(Puspitaningrum & Satiningsih, 2020) mengatakan bahwa Ibu tunggal
memutuskan untuk membesarkan anak-anaknya tanpa melakukan pernikahan lagi. Ibu
tunggal menjalani peran ganda dalam keluarga yakni sebagai ibu dan ayah bagi
anakanaknya. Tanggung jawab yang dipikul oleh ibu tunggal menurut (Simamora et
al., 2019) yaitu berupa penyediaan finansial, pemenuhan kebutuhan rumah tangga,
dan juga dalam pengasuhan. Fenomena Ibu tunggal banyak terjadi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Statistik Indonesia 2022 yang dirilis oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), pada tahun 2021, kasus perceraian terjadi sebanyak 447.743
kasus. Perceraian menjadi salah satu faktor meningkatnya angka pada banyaknya
ibu tunggal di Kota Prabumulih. Belum ditambah dengan ibu tunggal yang
diakibatkan oleh kematian pasangan. Kail & Cavanaugh dalam (Sari et al.,
2019) menyebutkan, seseorang yang mengalami kematian pasangan akan mengalami
kesedihan dalam jangka waktu satu sampai dua tahun setelah waktu kematian.
Ditinggalkan pasangan dengan cara cerai hidup maupun cerai mati sama-sama
menyebabkan rasa kehilangan. Kehilangan pasangan mengharuskan seseorang untuk
melakukan penyesuaian dengan kehidupan yang baru. Ibu tunggal menghadapi
berbagai permasalahan pasca bepisah dengan pasangannya. Lansford dalam (Sirait
& Manauli, 2015) mengatakan permasalahan yang terjadi umumnya seperti
adanya gangguan orang tua dan anak, tekanan dari sosial, rasa gagal dalam
memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sekitar dan rentan adanya masalah dari
kedua pihak keluarga yang dapat menyebabkan timbulnya gejala depresi.
Berdasarkan fenomena yang ada,
akan menggambarkan disonansi kognitif yang dialami oleh Ibu tunggal. Teori
disonansi kognitif dari Leon Festinger digunakan sebagai pisau analisis dalam
penelitian ini. Peneliti akan menjawab rumusan masalah sebagai berikut;
(1) Apa saja sumber dari
disonansi kognitif yang dialami oleh ibu tunggal?
(2) Bagaimana cara mengatasi
disonansi kognitif yang dialami oleh ibu tunggal?
Untuk memberikan gambaran dari
sumber-sumber disonansi kognitif yang dialami ibu tunggal, cara mengatasi
disonansi yang dialami, dan kadar disonansi kognitif yang dirasakan oleh ibu
tunggal di Kota Prabumulih sebagai kepala keluarga. Melalui penelitian ini,
peneliti berharap dapat menambah wawasan pembaca dan memperkaya sumber kajian
ilmu komunikasi terkhusus dalam kajian komunikasi interpersonal. Peneliti juga
berharap, penelitian ini dapat menjadi pembelajaran dan penguat bagi ibu
tunggal yang mengalami hal serupa dengan permasalahan penelitian, serta
peneliti berharap, stigma negatif terhadap sosok ibu tunggal yang selama ini
berkembang di masyarakat dapat direduksi sehingga menciptakan dukungan sosial
bagi ibu tunggal.
METODE PENELITIAN
Menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan data yang disajikan berupa kata-kata bukan angka. Penelitian
kualitaif menurut Bodgan & Taylor dalam (Moleong, 2018) yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa peryantaan lisan atau
kalimat tertulis dari objek yang diamati. Terdapat empat informan dalam
penelitian ini yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling
berdasarkan lima kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut: Wanita dewasa
dengan rentang umur 21 – 59 tahun; telah menjalani usia pernikahan minimal dua
tahun; mengalami cerai hidup atau cerai mati
Disonansi kognitif yang dialami
oleh informan dominan bersumber dari inkonsistensi logis dan pendapat umum.
Keinginan keempat informan untuk dapat hidup berkeluarga dan berbahagia tidak
sejalan dengan realita yang harus dijalani saat ini. Menjalani peran sebagai
ibu tunggal baik disebabkan karena cerai mati, cerai hidup maupun ditinggalkan
pasangan tanpa status yang jelas merupakan perihal yang berat, ditambah dengan
tuntutan dari faktor eksternal seperti ekspektasi dari keluarga dan tekanan
dari lingkungan sosial yang kerap menimbulkan disonansi kognitif dan berujung
pada kondisi stres pada ibu tunggal. Menyikapi keadaan disonansi kognitif yang
dialami, keempat informan cenderung menjauhi sumber disonansi, menyibukkan diri
dengan berbagai aktivitas serta menambah elemen kognitif melalui informasi yang
dapat membantu menguatkan diri mereka sebagai ibu tunggal. Alasan utama dari
para informan untuk tetap melanjutkan hidup yaitu kehidupan anak-anak mereka.
0 komentar:
Posting Komentar