15.5.25

Essai 2 Psikologi Inovasi Zainul Danu Wijaya 24310420051

 

Disonansi Kognitif pada Ibu Tunggal

TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI

 

ESSAI 2

 

 

 

Dosen Pengampu: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

 

Fakultas Psikologi Universitas Prokalmasi 45

Yogyakarta

 

Oleh:

Zainul Danu Wijaya

24310420051

 

 

 

 

 

Sebagai seorang ibu tunggal, tanggung jawab yang diemban lebih kompleks karena harus menjalani peran ganda: menjadi kepala keluarga, mencari nafkah, mendidik anak, dan mengurus rumah tangga seorang diri. Peran sulit yang harus dijalani serta penerimaan diri yang harus dilalui menimbulkan kondisi disonansi kognitif pada ibu tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui disonansi kognitif yang dialami oleh ibu tunggal sebagai kepala keluarga. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan paradigma konstruktivis. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam semi terstruktur dan observasi non-partisipan. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis data dari Miles dan Huberman yaitu melalui tahap kondensasi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Ibu tunggal merasa cukup berat dalam menjalani perannya mencari nafkah sekaligus mengurus rumah, keempat informan memilih

Keluarga didefinisikan oleh Helmawati dalam (Adison & Suryadi, 2020) sebagai kelompok kecil yang di dalamnya terdapat ketua dan anggota, memiliki pemberian peran dan tugas, serta hak dan kewajiban bagi setiap anggotanya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) mengartikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, yaitu individuindividu yang saling bergantung terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di bawah satu atap. Konsep keluarga di Indonesia dipahami sebagai komunikasi dan interaksi yang melibatkan semua orang di dalamnya memainkan peran, sebagai suami dan istri, orang tua dan anak, juga anak sebagai saudara kakak-adik. Saat ini telah terjadi pergeseran peranan dalam keluarga disebabkan oleh kondisi tertentu. Salah satunya adalah adanya fenomena ibu tunggal yang disebabkan oleh kondisi berupa cerai hidup, cerai mati atau bahkan ditinggalkan pasangan tanpa status yang jelas. Papalia dalam (Puspitaningrum & Satiningsih, 2020) mengatakan bahwa Ibu tunggal memutuskan untuk membesarkan anak-anaknya tanpa melakukan pernikahan lagi. Ibu tunggal menjalani peran ganda dalam keluarga yakni sebagai ibu dan ayah bagi anakanaknya. Tanggung jawab yang dipikul oleh ibu tunggal menurut (Simamora et al., 2019) yaitu berupa penyediaan finansial, pemenuhan kebutuhan rumah tangga, dan juga dalam pengasuhan. Fenomena Ibu tunggal banyak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Statistik Indonesia 2022 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021, kasus perceraian terjadi sebanyak 447.743 kasus. Perceraian menjadi salah satu faktor meningkatnya angka pada banyaknya ibu tunggal di Kota Prabumulih. Belum ditambah dengan ibu tunggal yang diakibatkan oleh kematian pasangan. Kail & Cavanaugh dalam (Sari et al., 2019) menyebutkan, seseorang yang mengalami kematian pasangan akan mengalami kesedihan dalam jangka waktu satu sampai dua tahun setelah waktu kematian. Ditinggalkan pasangan dengan cara cerai hidup maupun cerai mati sama-sama menyebabkan rasa kehilangan. Kehilangan pasangan mengharuskan seseorang untuk melakukan penyesuaian dengan kehidupan yang baru. Ibu tunggal menghadapi berbagai permasalahan pasca bepisah dengan pasangannya. Lansford dalam (Sirait & Manauli, 2015) mengatakan permasalahan yang terjadi umumnya seperti adanya gangguan orang tua dan anak, tekanan dari sosial, rasa gagal dalam memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sekitar dan rentan adanya masalah dari kedua pihak keluarga yang dapat menyebabkan timbulnya gejala depresi.

Berdasarkan fenomena yang ada, akan menggambarkan disonansi kognitif yang dialami oleh Ibu tunggal. Teori disonansi kognitif dari Leon Festinger digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Peneliti akan menjawab rumusan masalah sebagai berikut;

(1) Apa saja sumber dari disonansi kognitif yang dialami oleh ibu tunggal?

(2) Bagaimana cara mengatasi disonansi kognitif yang dialami oleh ibu tunggal?

Untuk memberikan gambaran dari sumber-sumber disonansi kognitif yang dialami ibu tunggal, cara mengatasi disonansi yang dialami, dan kadar disonansi kognitif yang dirasakan oleh ibu tunggal di Kota Prabumulih sebagai kepala keluarga. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat menambah wawasan pembaca dan memperkaya sumber kajian ilmu komunikasi terkhusus dalam kajian komunikasi interpersonal. Peneliti juga berharap, penelitian ini dapat menjadi pembelajaran dan penguat bagi ibu tunggal yang mengalami hal serupa dengan permasalahan penelitian, serta peneliti berharap, stigma negatif terhadap sosok ibu tunggal yang selama ini berkembang di masyarakat dapat direduksi sehingga menciptakan dukungan sosial bagi ibu tunggal.

METODE PENELITIAN

Menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data yang disajikan berupa kata-kata bukan angka. Penelitian kualitaif menurut Bodgan & Taylor dalam (Moleong, 2018) yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa peryantaan lisan atau kalimat tertulis dari objek yang diamati. Terdapat empat informan dalam penelitian ini yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan lima kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut: Wanita dewasa dengan rentang umur 21 – 59 tahun; telah menjalani usia pernikahan minimal dua tahun; mengalami cerai hidup atau cerai mati

Disonansi kognitif yang dialami oleh informan dominan bersumber dari inkonsistensi logis dan pendapat umum. Keinginan keempat informan untuk dapat hidup berkeluarga dan berbahagia tidak sejalan dengan realita yang harus dijalani saat ini. Menjalani peran sebagai ibu tunggal baik disebabkan karena cerai mati, cerai hidup maupun ditinggalkan pasangan tanpa status yang jelas merupakan perihal yang berat, ditambah dengan tuntutan dari faktor eksternal seperti ekspektasi dari keluarga dan tekanan dari lingkungan sosial yang kerap menimbulkan disonansi kognitif dan berujung pada kondisi stres pada ibu tunggal. Menyikapi keadaan disonansi kognitif yang dialami, keempat informan cenderung menjauhi sumber disonansi, menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas serta menambah elemen kognitif melalui informasi yang dapat membantu menguatkan diri mereka sebagai ibu tunggal. Alasan utama dari para informan untuk tetap melanjutkan hidup yaitu kehidupan anak-anak mereka.

0 komentar:

Posting Komentar