WAWANCARA
TENTANG DISONASI KOGNITIF
TUGAS
MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
ESSAI
2
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Fakultas
Psikologi Universitas Prokalmasi 45
Yogyakarta
Oleh:
Fauzan
Nurpambudi
24310420039
Disonansi kognitif suatu
dorongan negatif yang terjadi ketika individu secara bersamaan mengalami
kondisi kognisi (ide, keyakinan, opini) yang tidak konsisten. Ketika kondisi
disonansi terjadi maka timbul perasaan tidak suka, dan berusaha untuk
mengurangi disonansi dengan cara membuat menjadi selaras satu dengan yang lain.menyebutkan
beberapa kemungkinan variasi untuk mengurangi disonansi kognitif; perubahan
sikap, perubahan opini, mencari informasi yang selaras (konsonan), menghindari
informasi disonan, distorsi persepsi, dan perubahan perilaku.Stimuli dalam
wujud peringatan keras “Merokok Membunuhmu” dan gambar-gambar seram pada
kemasan rokok yang terlihat dengan jelas akan menimbulkan kebingungan dalam
pikiranya (disonansi kognitif)
Pada wawancara yang saya
lakukan sebut saja si b ini merokok sejak usia 19 tahun, awalnya karena
pengaruh lingkungan kerja dia menyebut bahwa merokok menjadi bagian dari
rutinitas harian, terutama saat stres atau lelah si b merasa merokok dapat
memberikan ketenangan setelah aktivitas di bengkel beliau juga menganggap merokok
itu dapat sebagai pelarian dia jika sedang ada tekanan yang tinggi sebenernya
si b ini sudah menyadari akan bahaya merokok namun kata si b kalo ga ngerokok
saya malah merasa aneh dan tidak tenang, Si b juga merasa bersalah, terutama
saat memikirkan keluarga dan anak, namun tidak cukup kuat untuk berhenti. Karyawan
bengkel ini mengalami disonansi kognitif karena menyadari bahaya rokok
namun tetap merokok demi ketenangan dan pelarian dari stres kerja. dia
menurunkan ketegangan batin melalui pembenaran pribadi, dukungan lingkungan
sosial, dan menunda perubahan perilaku.
Karyawan bengkel ini
mengalami disonansi kognitif karena menyadari bahaya rokok namun tetap merokok
demi ketenangan dan pelarian dari stres kerja. Dia menurunkan ketegangan batin
melalui pembenaran pribadi, dukungan lingkungan sosial, dan menunda perubahan
perilaku. Berhenti merokok memang bukan hal mudah, tapi bukan mustahil.
Disonansi yang dirasakan adalah tanda bahwa kesadaran sudah muncul dan itu
adalah langkah awal yang penting menuju perubahan positif.
Daftar Pustaka
Amelia, R., Nasrul, E., & Basyar, M. (2016).
Hubungan Derajat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman dengan Kadar Hemoglobin.
Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 619–624.
0 komentar:
Posting Komentar