15.5.25

ESSAI 2 PSIKOLOGI INOVASI - FAUZAN NURPAMBUDI

 

WAWANCARA TENTANG DISONASI KOGNITIF

 

TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI

 

ESSAI 2

 

 

 

Dosen Pengampu: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

 

Fakultas Psikologi Universitas Prokalmasi 45

Yogyakarta

 

Oleh:

Fauzan Nurpambudi

24310420039

 

 

 

Disonansi kognitif suatu dorongan negatif yang terjadi ketika individu secara bersamaan mengalami kondisi kognisi (ide, keyakinan, opini) yang tidak konsisten. Ketika kondisi disonansi terjadi maka timbul perasaan tidak suka, dan berusaha untuk mengurangi disonansi dengan cara membuat menjadi selaras satu dengan yang lain.menyebutkan beberapa kemungkinan variasi untuk mengurangi disonansi kognitif; perubahan sikap, perubahan opini, mencari informasi yang selaras (konsonan), menghindari informasi disonan, distorsi persepsi, dan perubahan perilaku.Stimuli dalam wujud peringatan keras “Merokok Membunuhmu” dan gambar-gambar seram pada kemasan rokok yang terlihat dengan jelas akan menimbulkan kebingungan dalam pikiranya (disonansi kognitif)

Pada wawancara yang saya lakukan sebut saja si b ini merokok sejak usia 19 tahun, awalnya karena pengaruh lingkungan kerja dia menyebut bahwa merokok menjadi bagian dari rutinitas harian, terutama saat stres atau lelah si b merasa merokok dapat memberikan ketenangan setelah aktivitas di bengkel beliau juga menganggap merokok itu dapat sebagai pelarian dia jika sedang ada tekanan yang tinggi sebenernya si b ini sudah menyadari akan bahaya merokok namun kata si b kalo ga ngerokok saya malah merasa aneh dan tidak tenang, Si b juga merasa bersalah, terutama saat memikirkan keluarga dan anak, namun tidak cukup kuat untuk berhenti. Karyawan bengkel ini mengalami disonansi kognitif karena menyadari bahaya rokok namun tetap merokok demi ketenangan dan pelarian dari stres kerja. dia menurunkan ketegangan batin melalui pembenaran pribadi, dukungan lingkungan sosial, dan menunda perubahan perilaku.

Karyawan bengkel ini mengalami disonansi kognitif karena menyadari bahaya rokok namun tetap merokok demi ketenangan dan pelarian dari stres kerja. Dia menurunkan ketegangan batin melalui pembenaran pribadi, dukungan lingkungan sosial, dan menunda perubahan perilaku. Berhenti merokok memang bukan hal mudah, tapi bukan mustahil. Disonansi yang dirasakan adalah tanda bahwa kesadaran sudah muncul dan itu adalah langkah awal yang penting menuju perubahan positif.

 

Daftar Pustaka

Amelia, R., Nasrul, E., & Basyar, M. (2016). Hubungan Derajat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman dengan Kadar Hemoglobin. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 619–624.

0 komentar:

Posting Komentar