1.5.25

ESSAI 2_WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF_IBRAR LANEGA PRATAMA_22310410138

 

Tugas ( Essay 2 )

Wawancara tentang disonansi kognitif

 

 

Ibrar Lanega Pratama ( 22310410138 )

Psikologi Inovasi

 

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, M.A.

 

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

 

Disonansi Kognitif pada Perokok di Gym: Studi Wawancara

 

Disonansi kognitif adalah keadaan psikologis di mana seseorang mengalami ketidakselarasan antara keyakinan dan tindakan mereka. Fenomena ini sering terjadi pada individu yang memiliki kesadaran akan dampak negatif suatu kebiasaan tetapi tetap melakukannya. Salah satu contoh yang banyak ditemui adalah pada perokok yang mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan lingkungan tetapi tetap melanjutkan kebiasaan tersebut.

Untuk memahami lebih jauh tentang mekanisme pertahanan diri yang digunakan individu dalam menghadapi disonansi kognitif, wawancara dilakukan pada bulan Maret 2025 di sebuah gym di Yogyakarta. Tempat ini dipilih karena banyak atlet laki-laki yang setelah berlatih, beristirahat sambil merokok. Salah satu individu yang diwawancarai adalah A, seorang mahasiswa jurusan ilmu lingkungan, yang telah lama merokok meskipun ia memahami dampak buruknya.

 

Wawancara dengan A

Aku: Halo, A. Terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengan saya. Bisa ceritakan sedikit tentang kebiasaanmu di gym?

A: Halo, sama-sama. Ya, saya rutin ke gym hampir setiap hari. Setelah latihan, biasanya saya istirahat sebentar di luar sebelum pulang.

Aku: Saya perhatikan banyak orang di sini yang merokok saat istirahat. Kamu sendiri juga merokok, ya?

A: Iya, benar. Saya sudah lama merokok, mungkin sejak kuliah. Kebiasaan yang sulit dihentikan.

Aku: Menarik. Padahal, saya dengar kamu cukup memahami dampak buruk rokok terhadap kesehatan dan lingkungan.

A: Tentu. Saya tahu merokok tidak baik untuk kesehatan saya sendiri, juga bagi lingkungan polusi udara, sampah puntung, dan lainnya.

Aku: Kalau begitu, kenapa tetap merokok?

A: Hmm... mungkin karena sudah jadi kebiasaan. Selain itu, banyak teman saya juga merokok. Jadi, rasanya seperti bagian dari rutinitas sosial.

Aku: Apakah pernah terpikir untuk berhenti?

A: Sering, sih. Tapi selalu ada alasan untuk menunda stres, kebiasaan lama, atau sekadar karena sudah nyaman.

Aku: Bagaimana dengan puntung rokok? Kamu pernah merasa khawatir soal dampaknya terhadap lingkungan?

A: Sebenarnya saya selalu buang puntung di tempat sampah. Jadi, menurut saya, saya sudah cukup bertanggung jawab dalam hal itu.

Aku: Tapi tetap saja, ada dampak yang dihasilkan. Misalnya, zat kimia dari puntung rokok bisa mencemari air dan tanah.

A: Hmm, ya, saya paham itu. Tapi menurut saya, kalau saya sudah buang di tempat sampah, saya tidak terlalu berkontribusi dalam masalah sampah rokok yang berserakan.

Aku: Saya melihat ada mekanisme pertahanan diri di sini mungkin rasionalisasi dan reduksi disonansi. Kamu mencoba membenarkan perilaku dengan argumen sosial dan minimalisasi dampak.

A: Mungkin kamu benar. Tapi tetap saja, berhenti merokok bukan hal yang mudah dilakukan.

Aku: Memang. Tapi mungkin jika ada inovasi atau pengalaman nyata yang menunjukkan dampak langsungnya, bisa membantu kamu dan orang lain yang mengalami disonansi kognitif untuk lebih menyelaraskan tindakan dengan pengetahuan.

A: Bisa jadi. Mungkin suatu saat saya benar-benar mencoba berhenti.

 

Analisis Mekanisme Pertahanan Diri dan Hubungannya dengan Psikologi Inovasi

Dari wawancara ini, dapat diidentifikasi beberapa mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh A untuk mengatasi disonansi kognitifnya:

  1. Rasionalisasi: A membenarkan kebiasaannya dengan alasan sosial, yaitu bahwa banyak orang di sekitarnya juga merokok.
  2. Reduksi Disonansi: A menganggap bahwa dengan membuang puntung rokok di tempat sampah, ia sudah mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi disonansi kognitif ini adalah:

  • 1. Memberikan pengalaman nyata yang memperlihatkan dampak negatif rokok terhadap kesehatan dan lingkungan.
  • 2. Mengembangkan program edukasi yang tidak hanya memberikan informasi tetapi juga mengajak individu untuk terlibat dalam perubahan perilaku.

Dengan pendekatan yang tepat, individu yang mengalami disonansi kognitif dapat lebih selaras antara pemahaman dan tindakan mereka, sehingga membuka peluang bagi inovasi dalam perilaku dan kebijakan kesehatan masyarakat.

Daftar Pustaka

  • Arundati, S. (2025). Psikologi Inovasi. Materi Kuliah Psikologi Inovasi, Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

 

0 komentar:

Posting Komentar