ESSAI 2_WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF_RAMA YUDHA PERWIRA_22310410152
WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF
Fakultas Psikologi Univeritas Proklamasi 45
Rama Yudha Perwira (22310410152)
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Disonansi kognitif adalah kondisi
psikologis yang terjadi ketika seseorang mengalami ketegangan atau
ketidaknyamanan karena memiliki dua atau lebih keyakinan, nilai, atau sikap
yang saling bertentangan, atau ketika perilaku seseorang bertentangan dengan
keyakinan atau nilai yang dimilikinya.
Teori komunikasi dalam diri ini digagas oleh Leon Festinger pada tahun 1951 menyatakan bahwa otak manusia cenderung mencari konsistensi. Ketika terjadi inkonsistensi (disonansi), orang akan merasa tidak nyaman dan berusaha meredakan ketegangan tersebut, misalnya dengan:
- Mengubah keyakinan atau sikap.
- Mengubah perilaku.
- Mencari pembenaran atau alasan rasionalisasi.
Sebagai contoh seseorang yang
merokok tahu bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan (keyakinan) tapi tetap
melakukannya (perilaku). Ketegangan yang muncul karena kontradiksi ini adalah
disonansi kognitif.
Pada hari Minggu 4 Mei 2025 saya
wawancara dengan teman kantor yang berinisial YS, untuk mengetahui disonansi
kognitif.
Saya: Selamat siang, terima kasih
sudah bersedia diwawancarai. Boleh saya tahu, sudah berapa lama Anda merokok?
YS: Selamat siang. Saya sudah
merokok kurang lebih 7 tahun.
Saya: Apakah Anda mengetahui
bahwa merokok bisa menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker
paru-paru, serangan jantung, dan lain-lain?
YS: Iya, saya tahu. Sudah banyak
informasi tentang itu, dan memang risikonya besar.
Saya: Kalau begitu, apakah Anda
pernah merasa khawatir atau bersalah karena tetap merokok?
YS: Iya, saya sering merasa
bersalah, terutama kalau ingat anak-anak di rumah atau saat sedang batuk-batuk
parah. Tapi entah kenapa, susah berhenti.
Saya: Menurut Anda, kenapa Anda
tetap merokok walau tahu bahayanya?
YS: Mungkin karena sudah
terbiasa. Saya juga merasa merokok itu bisa mengurangi stres. Kadang saya
berpikir, “semua orang juga pasti ada risikonya, nggak harus dari rokok.”
Saya: Apakah Anda pernah mencoba
berhenti merokok?
YS: Pernah beberapa kali, tapi
selalu balik lagi. Rasanya seperti ada yang kurang kalau nggak merokok.
Saya: Kalau boleh jujur, apakah
Anda merasa ada konflik batin antara keinginan hidup sehat dan kebiasaan
merokok?
YS: Iya, jelas. Saya tahu merokok
itu buruk, tapi saya juga merasa sulit lepas. Jadi kadang saya pura-pura tidak
peduli, walau sebenarnya saya tahu itu salah.
Hasil dari wawancara menunjukkan
bahwa responden mengalami disonansi kognitif, yaitu ketegangan psikologis
akibat pertentangan antara pengetahuan bahwa merokok berbahaya dengan kebiasaan
merokok yang tetap dilakukan. Responden menyadari risikonya, merasa bersalah,
bahkan telah mencoba berhenti, tetapi tetap melanjutkan merokok dengan berbagai
pembenaran, seperti alasan stres atau ketergantungan.
Penanganan disonansi kognitif
pada perokok dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yang saling mendukung.
Langkah awal yang penting adalah meningkatkan kesadaran diri, yaitu membantu
individu menyadari dan mengakui adanya konflik antara keyakinan bahwa merokok
berbahaya dengan kebiasaan merokok yang terus dilakukan. Setelah itu, perlu
ditumbuhkan motivasi internal yang kuat, seperti alasan berhenti merokok demi
kesehatan, keluarga, atau anak. Pendekatan psikologis seperti terapi
kognitif-perilaku juga efektif untuk mengubah pola pikir negatif dan membentuk
kebiasaan baru yang lebih sehat. Selain itu, dukungan sosial dari keluarga,
teman, maupun tenaga profesional seperti konselor sangat dibutuhkan agar proses
perubahan terasa lebih ringan dan terarah. Pemberian penguatan positif, seperti
memberi penghargaan saat berhasil mengurangi konsumsi rokok, juga dapat
meningkatkan motivasi dan memperkuat perilaku baru yang sejalan dengan nilai
hidup sehat. Dengan penanganan yang konsisten dan menyeluruh, disonansi kognitif
pada perokok dapat dikurangi, sehingga mempermudah proses perubahan perilaku
secara permanen.
Lampiran Wawancara:
Daftar Pustaka:
Suatan, A. T., & Irwansyah,
I. (2021). Studi review sistematis: Aplikasi teori disonansi kognitif dan upaya
reduksinya pada perokok remaja. Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi, 5(1),
72-82.


0 komentar:
Posting Komentar