14.11.25

Reno Endien Pinasthy 23310410035 UTS Psikologi Inovasi Kelas SP dan SJ

  



 Reno Endien Pinasthy 23310410035



Analisis Persepsi Kang Dedi Mulyadi dalam Penanganan Remaja ‘Unik’ Berdasarkan Teori Persepsi Paul A. Bell dan Kawan-Kawan (Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995)

Pendahuluan

Fenomena sosial yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), terhadap anak-anak yang disebutnya “unik” telah menarik perhatian masyarakat luas. Anak-anak tersebut memiliki perilaku yang menyimpang dari norma sosial — seperti merokok, berkelahi, membolos, dan menunjukkan perilaku kenakalan remaja. Uniknya, KDM menangani mereka dengan cara memasukkan ke barak militer untuk ditempa kedisiplinan, spiritualitas, dan tanggung jawab. Pendekatan ini menimbulkan perdebatan publik: apakah metode ini merupakan bentuk otoritarianisme, atau justru langkah inovatif dalam mengubah perilaku remaja?

Sebagai mahasiswa psikologi inovasi, pendekatan KDM dapat dianalisis melalui kerangka teori persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995), yang menjelaskan bagaimana seseorang membentuk persepsi terhadap lingkungan, kemudian persepsi tersebut memengaruhi tindakan dan kebiasaan.


Analisis Teoritis Berdasarkan Teori Persepsi Paul A. Bell dkk

Menurut Paul A. Bell dan rekan-rekan, persepsi adalah proses psikologis ketika individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus dari lingkungan sehingga membentuk suatu pemahaman atau makna tertentu. Persepsi tidak hanya bergantung pada stimulus objektif, tetapi juga pada pengalaman, nilai, emosi, dan konteks sosial seseorang.

Dalam konteks ini, KDM memiliki persepsi yang berbeda terhadap remaja nakal. Jika kebanyakan masyarakat atau aparat melihat anak-anak tersebut sebagai “masalah” atau “ancaman,” KDM justru mempersepsikan mereka sebagai individu yang potensial namun kehilangan arah pembentukan karakter. Berdasarkan persepsi ini, ia menciptakan intervensi sosial berupa “barak militer” — bukan sebagai hukuman, melainkan sarana pembentukan disiplin dan kontrol diri.

Persepsi KDM terbentuk melalui beberapa komponen persepsi menurut Bell dkk:

  1. Stimulus eksternal: Fenomena kenakalan remaja di masyarakat yang meningkat.
  2. Seleksi: KDM menyeleksi aspek yang dianggap paling penting — yaitu lemahnya nilai kedisiplinan dan tanggung jawab remaja.
  3. Organisasi: Ia menyusun pola pikir bahwa perubahan perilaku dapat dimulai dari pembiasaan rutinitas positif dan lingkungan yang terstruktur.
  4. Interpretasi: Ia menafsirkan kenakalan bukan sebagai bentuk keburukan moral semata, melainkan sebagai hasil dari lingkungan sosial yang tidak membimbing.
  5. Respon atau perilaku: Hasil dari proses persepsi ini adalah keputusan untuk membuat program pembinaan militer dengan dukungan orang tua.

Dengan demikian, persepsi KDM mencerminkan pandangan behavioral-cognitive: bahwa perilaku dapat diubah melalui pengondisian lingkungan dan pembentukan kebiasaan positif yang diulang secara konsisten.


Permasalahan dan Solusi

Permasalahan utama dalam kasus ini adalah bagaimana mengubah perilaku remaja yang telah terbentuk dari kebiasaan negatif. Pendekatan tradisional — seperti hukuman atau sekadar nasihat — seringkali tidak efektif karena tidak menyentuh aspek pembentukan kebiasaan dan disiplin internal.

KDM menawarkan solusi berbasis lingkungan terstruktur (structured environment approach). Dengan menempatkan anak-anak di barak, mereka mendapat pengalaman baru yang memaksa mereka untuk beradaptasi dengan aturan, menghargai waktu, dan memahami pentingnya tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan prinsip psikologi pembelajaran (learning theory) yang menekankan pentingnya reinforcement dan modeling dalam mengubah perilaku.

Namun, dari sudut pandang etika psikologi, pendekatan ini harus tetap memperhatikan prinsip autonomi dan nonmaleficence — tidak memaksakan perubahan dengan cara yang melanggar hak individu. Karena itu, langkah KDM yang meminta surat persetujuan bermeterai dari orang tua menunjukkan bentuk tanggung jawab moral dan legal untuk memastikan program dilakukan secara etis dan disetujui pihak keluarga.


Interpretasi Psikologis dari Sudut Pandang Mahasiswa Psikologi yang Unik

Sebagai mahasiswa psikologi yang berpikir inovatif, saya melihat langkah KDM sebagai bentuk perubahan paradigma dalam memahami perilaku remaja. Ia melihat akar masalah bukan semata pada moralitas, tetapi pada sistem pembiasaan. Dalam teori psikologi perilaku, behavior dapat diubah melalui conditioning — pengulangan perilaku positif dalam lingkungan yang mendukung.

KDM memahami bahwa anak-anak tersebut tidak akan berubah hanya dengan ceramah atau hukuman sosial. Mereka butuh environmental shock yang konstruktif — bukan untuk menyiksa, melainkan membentuk kesadaran baru. Dengan kedisiplinan, rutinitas, dan bimbingan spiritual, KDM membentuk persepsi baru dalam diri remaja bahwa “hidup yang tertata membawa rasa bangga.” Setelah terbentuk, persepsi baru itu menghasilkan perilaku baru yang kemudian menjadi kebiasaan.

Sebagai mahasiswa psikologi, saya melihat ini bukan sekadar eksperimen sosial, melainkan contoh nyata bagaimana persepsi dapat mengubah perilaku — baik pada level individu (remaja) maupun sosial (cara masyarakat melihat kenakalan).


Kesimpulan

Pendekatan KDM dapat dipahami melalui teori persepsi Paul A. Bell dkk sebagai proses pembentukan makna terhadap fenomena sosial yang kemudian melahirkan tindakan inovatif. Dengan mengubah lingkungan dan kebiasaan, KDM berhasil menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab pada remaja yang semula dianggap “nakal.”
Pendekatan ini tidak hanya menunjukkan keberanian berpikir “di luar kebiasaan,” tetapi juga menegaskan bahwa perubahan perilaku berawal dari perubahan cara pandang (persepsi).

Daftar Pustaka

Patimah, S., dkk. (2024). Psikologi Inovasi dan Perubahan Perilaku Sosial. Bandung: Penerbit Psikodinamika.
Sarwono, S. W. (1995). 
Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori. Jakarta: Balai Pustaka.
Skinner, B. F. (1953). 
Science and Human Behavior. New York: Macmillan.
Bandura, A. (1986). 
Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs: Prentice Hall.


0 komentar:

Posting Komentar