11.11.25


Jawaban UTS Psikologi Lingkungan 

Rika Amelia 


24310420062




 Jawaban soal berdasarkan Teori dari Paul A. Bell, dkk.

Mengapa orang tetap mau tinggal di Lingkungan yang sudah jelas kumuh, kotor, mendekati rusak, dan bahkan dekat dengan kriminal?

Menurut Bell hal ini terjadi karena persepsi individu terhadap lingkungan tersebut berbeda dengan kenyataan yang ada, atau individu merasa bahwa tempat tersebut masih layak untuk dihuni terlepas dari kondisinya yang buruk.

Selain itu ada faktor-faktor lain yang menyebabkan masih ada individu yang mau untuk tinggal di tempat tersebut, faktor tersebut adalah kebutuhan yang mendesak, pengalaman masa lalu, motivasi dan tujuan.

• Kebutuhan yang mendesak: ketika individu sedang terdesak secara ekonomi, kemudian kondisi tersebut mengharuskan ia pindah dari kontrakan yang memadai baik secara fasilitas dan kenyamanan ke tempat yang kumuh dan hampir rusak, dengan segala pertimbangan individu tersebut akan menyanggupi hal tersebut karena kondisi ia yang tidak memungkinkan untuk menyewa tempat yang lebih layak lagi.

• Pengalaman masa lalu: ketika individu mempunyai pengalaman tinggal di tempat yang kumuh, kotor, dan tidak layak dan ia harus tinggal kembali di tempat yang sama kumuhnya. Maka ia dapat mentoleransi ketidaknyamanan tersebut terlepas dari kondisi tempat yang akan ia tinggali. Pengalaman individu tadi membuat ia merasa tidak keberatan atau bahkan sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi kumuh dan kotor.

• Motivasi dan tujuan: ketika kondisi individu tadi bekerja di suatu tempat yang hanya ada tempat tinggal yang kotor tadi, maka yang menjadi tujuan utama adalah pekerjaannya. Terlepas dari tempat tinggal yang buruk tadi asalkan tempat tadi dekat dengan tempat ia bekerja dan uang sewa yang lebih rendah dari ia akan tidak masalah. Karena nantinya ia bisa membersihkan dan menghias kembali tempat tersebut menjauh lebih layak huni dan lebih bersih.

Dari alasan-alasan tadi yang muncul individu dapat mengambil keputusan selanjutnya, adapun pengambilan keputusan tersebut tetap saja melalui proses yaitu persepsi, keputusan, dan perilaku.

• Persepsi: individu menganggap tempat kumuh tadi tidak seluruh yang terlihat, atau ia masih dapat merenovasi juga membersihkan kembali tempat tersebut. Selain itu ia mencoba lebih positif dengan kondisi yang sebenarnya terlihat karena kebutuhan yang mendesak tadi.

• Keputusan: memilih untuk tinggal di tempat tersebut karena individu menganggap kumuh, kotor, atau bahkan ketidaknyamanan masih dapat ia toleransi asalkan harga sewa lebih rendah dari rata-rata tempat yang lebih layak. Maka ia akan menerima konsekuensi yang ada terlepas dari fakta yang sudah terlihat.

• Perilaku: hasil darj keputusan tadi menumbuhkan perilaku bahwa ia harus membersihkan tempat tyang tadinya musuh, kotor, dan tidak layak huni menjadi tempat yang bersih, nyaman untuk di tinggali, dan lebih layak untuk ia hidup di sana. Ia bisa mengecat ulang tembok yang sudah terkelupas, mendekati ulang jendela yang sudah copot, dan mengisi lagi dengan perabot rumah yang baru agar sesuai dengan yang ia inginkan agar individu tadi merasa nyaman untuk tinggal di tempat tadi.

Nah, jadi jika menganut pada pandangan Paul A. Bell tadi maka tempat yang tidak layak huni masih dapat dipertimbangkan tergantung dengan individu dan persepsi yang ada. Meliputi beberapa kebutuhan dan kondisi yang ada, kemudian setelah melewati beberapa pertimbangan maka individu tadi mengambil keputusan untuk tinggal di tempat tersebut terlepas dari kondisi tempat tersebut yang kumuh, kotor, dan tidak layak huni. Ketidaknyamanan masih dapat ditoleransi dan dimaklumi asalkan tidak sampai pada kriminal dan mrnganggu privasi secara berlebihan, karena jika individu mempunyai jiwa yang tangguh dan mudah beradaptasi pada lingkungan terburuk sekali pun, maka tempat tadi bukanlah menjadi masalah besar. Asalkan kebutuhan pokok tadi terpenuhi, dan tidak mendesak kebutuhan lainnya.

Jika saya pribadi menempatkan diri pada posisi yang sama, maka saya akan mengambil keputusan yang sama halnya dengan ilustrasi pada contoh dalam soal. Terlepas dari tempat yang kumuh dan tidak layak huni masih bisa dirubah, namun harga sewa yang lebih rendah dimana lagi saya mencari? Saya dapat mengalokasikan uang saya pada kebutuhan yang lain selain pada sewa yang mahal, saya dapat menggunakan uang saya untuk kebutuhan makan, transportasi, atau bahkan dapat saya tabung.

Saya juga masih mau membersihkan tempat tadi sesuai dengan selera yang saya mau, menambah tanaman, dan cat yang cerah agar lebih menghidupkan suasana. Untuk menambah kesan hidup saya juga adapat memberi penerangan yang layak, juga membangun suasana sendiri seperti yang saya inginkan terlepas dari kondisi yang ada.

Dengan begitu, tempat yang tadinya kumuh dan tidak layak huni dapat menjadi tempat tinggal yang kita minat sesuai selera asalkan kita mau menerima ketidaknyamanan dan mengubah yang sudah ada.


Daftar Pustaka:


Bell, A.P., Greene, T.C., Fisher, J.D. & Baum, A. (2001). Environmental psychology. 5th ed. Harcourt College Publishers. 

Patimah, A.S., Shinta, A. & Amin Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29. 

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.



0 komentar:

Posting Komentar