Dorongan Berprestasi dan Menjadi Teladan
Essai 3 Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta. M.A.
November, 2025
Tsalitsah Nadia Qunaita
25310420003
Dorongan berprestasi
dan keteladanan adalah dua hal yang menjadi kekuatan utama untuk membangun
prestasi. Prestasi tidak hanya terukur secara materil, namun juga secara moral
dan sosial. Dalam era saat ini, pencapaian sering kali hanya dilihat dari hasil
akhir, seperti penghargaan, nilai akademik, atau posisi jabatan. Padahal, makna
sukses yang sebenarnya lahir dari perpaduan antara semangat berprestasi yang
tinggi dan keteladanan yang memberikan dampak positif serta inspirasi bagi
orang lain.
Dalam kehidupan yang kompetitif saat
ini, setiap individu dituntut untuk memiliki dorongan berprestasi yang tinggi
agar mampu bersaing dan berkembang. Namun, pencapaian yang sejati tidak hanya
diukur dari hasil akhir atau penghargaan yang diperoleh, melainkan juga dari
nilai moral dan manfaat sosial yang dihasilkan dari proses tersebut. Oleh
karena itu, penting untuk memahami bagaimana dorongan berprestasi dapat
berjalan seiring dengan nilai keteladanan dalam membentuk kesuksesan
yang bermakna dan beretika.
Dorongan berprestasi juga merupakan
kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai hasil optimal dalam
apa pun yang dikerjakannya. Individu dengan dorongan berprestasi tinggi tidak
puas dengan hasil biasa-biasa saja. Ia memiliki motivasi untuk terus belajar,
memperbaiki diri, dan bersaing secara sehat. Dalam dunia akademik misalnya,
mahasiswa dengan dorongan berprestasi akan berusaha memahami materi dengan
sungguh-sungguh, aktif berpartisipasi dalam diskusi, serta berani mengambil
tantangan baru seperti mengikuti lomba atau penelitian. Dorongan ini bukan
hanya sekadar ambisi, tetapi juga tekad untuk berkembang dan memberi kontribusi
nyata bagi lingkungannya.
Namun, prestasi tanpa keteladanan ibarat bangunan tinggi tanpa fondasi yang
kokoh. Keteladanan menjadikan prestasi memiliki makna moral dan sosial. Seorang
yang berprestasi tetapi arogan tidak akan dihormati; sebaliknya, mereka yang
rendah hati, jujur, dan membantu orang lain justru menjadi sosok yang dikenang.
Keteladanan mengajarkan bahwa keberhasilan sejati bukan hanya tentang mencapai
puncak, melainkan juga tentang cara mendaki dan bagaimana memperlakukan orang
lain selama perjalanan itu. Dalam konteks mahasiswa, keteladanan dapat
diwujudkan dengan menghargai proses, tidak mencontek, disiplin waktu, serta mau
membantu teman yang mengalami kesulitan belajar.
Hubungan dari dorongan berprestasi dan keteladanan yaitu: Dorongan
berprestasi adalah apa yang ingin kita capai, sedangkan keteladanan adalah
bagaimana kita mencapainya. Keduanya saling menguatkan. Dengan menggabungkan
dorongan berprestasi dan keteladanan, kita menciptakan kesuksesan yang tidak
hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga memberikan nilai moral dan
manfaat sosial bagi masyarakat. Inilah definisi dari prestasi yang bermakna.
Untuk memastikan dorongan berprestasi kita menghasilkan kesuksesan yang
bermakna, kita perlu menerapkan strategi yang fokus pada proses dan dampak,
bukan hanya hasil:
- Tetapkan visi dan tujuan berbasis nilai: Pastikan
setiap misi atau target yang dikejar, punya nilai manfaat, baik untuk diri
sendiri maupun lingkungan.
- Kerjakan segala sesuatu dengan integritas: Jaga
kejujuran dan keterbukaan selama proses pencapaian tujuan agar menjadi
inspirasi positif bagi orang lain.
- Berani mengambil tanggung jawab: Jika gagal, berani
mengakui dan belajar dari pengalaman, bukan menyalahkan pihak lain.
- Aktif memberikan umpan balik & bantuan: Tidak
ragu memberikan bantuan kepada orang lain dan menerima masukan untuk
perbaikan diri.
- Kembangkan budaya kolaborasi yang sehat: Wujudkan
suasana kebersamaan untuk menguatkan semangat gotong royong dan kepedulian
sosial dalam tim atau organisasi.
- Evaluasi hasil dan proses secara seimbang: Tidak
hanya menilai dari sisi hasil (output), tapi juga proses, moralitas, serta
dampak sosial yang terjadi dari tiap langkah.
Pada akhirnya, dorongan berprestasi dan keteladanan bukan
dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari satu perjalanan menuju makna
hidup yang sejati. Prestasi membangun keunggulan diri, sementara keteladanan
membangun kepercayaan dan pengaruh moral. Ketika keduanya berjalan seimbang,
seseorang tidak hanya menjadi pemenang dalam kompetisi, tetapi juga menjadi
inspirasi bagi banyak orang. Itulah makna sejati dari prestasi yang bermartabat
— bukan hanya diakui karena hasilnya, tetapi juga dihormati karena nilai-nilai
yang dijunjung tinggi sepanjang perjalanan.
Link youtube:
https://youtu.be/bxpvttPci7c?si=UttZ9G4StWizGsBa
Daftar pustaka
Yusuf, S. (2017). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto, S. (2009). Kontribusi Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Semarang. Paradigma.
Suryani, I., & Lestari, N. (2020). Hubungan antara Motivasi Berprestasi
dan Perilaku Keteladanan Mahasiswa. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Pengembangan Karakter, 8(2), 45–53.
Dorongan berprestasi dan keteladanan adalah dua hal yang menjadi kekuatan utama untuk membangun prestasi. Prestasi tidak hanya terukur secara materil, namun juga secara moral dan sosial. Dalam era saat ini, pencapaian sering kali hanya dilihat dari hasil akhir, seperti penghargaan, nilai akademik, atau posisi jabatan. Padahal, makna sukses yang sebenarnya lahir dari perpaduan antara semangat berprestasi yang tinggi dan keteladanan yang memberikan dampak positif serta inspirasi bagi orang lain.
Dalam kehidupan yang kompetitif saat ini, setiap individu dituntut untuk memiliki dorongan berprestasi yang tinggi agar mampu bersaing dan berkembang. Namun, pencapaian yang sejati tidak hanya diukur dari hasil akhir atau penghargaan yang diperoleh, melainkan juga dari nilai moral dan manfaat sosial yang dihasilkan dari proses tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana dorongan berprestasi dapat berjalan seiring dengan nilai keteladanan dalam membentuk kesuksesan yang bermakna dan beretika.
Dorongan berprestasi juga merupakan
kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai hasil optimal dalam
apa pun yang dikerjakannya. Individu dengan dorongan berprestasi tinggi tidak
puas dengan hasil biasa-biasa saja. Ia memiliki motivasi untuk terus belajar,
memperbaiki diri, dan bersaing secara sehat. Dalam dunia akademik misalnya,
mahasiswa dengan dorongan berprestasi akan berusaha memahami materi dengan
sungguh-sungguh, aktif berpartisipasi dalam diskusi, serta berani mengambil
tantangan baru seperti mengikuti lomba atau penelitian. Dorongan ini bukan
hanya sekadar ambisi, tetapi juga tekad untuk berkembang dan memberi kontribusi
nyata bagi lingkungannya.
Namun, prestasi tanpa keteladanan ibarat bangunan tinggi tanpa fondasi yang
kokoh. Keteladanan menjadikan prestasi memiliki makna moral dan sosial. Seorang
yang berprestasi tetapi arogan tidak akan dihormati; sebaliknya, mereka yang
rendah hati, jujur, dan membantu orang lain justru menjadi sosok yang dikenang.
Keteladanan mengajarkan bahwa keberhasilan sejati bukan hanya tentang mencapai
puncak, melainkan juga tentang cara mendaki dan bagaimana memperlakukan orang
lain selama perjalanan itu. Dalam konteks mahasiswa, keteladanan dapat
diwujudkan dengan menghargai proses, tidak mencontek, disiplin waktu, serta mau
membantu teman yang mengalami kesulitan belajar.
Hubungan dari dorongan berprestasi dan keteladanan yaitu: Dorongan
berprestasi adalah apa yang ingin kita capai, sedangkan keteladanan adalah
bagaimana kita mencapainya. Keduanya saling menguatkan. Dengan menggabungkan
dorongan berprestasi dan keteladanan, kita menciptakan kesuksesan yang tidak
hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga memberikan nilai moral dan
manfaat sosial bagi masyarakat. Inilah definisi dari prestasi yang bermakna.
Untuk memastikan dorongan berprestasi kita menghasilkan kesuksesan yang
bermakna, kita perlu menerapkan strategi yang fokus pada proses dan dampak,
bukan hanya hasil:
- Tetapkan visi dan tujuan berbasis nilai: Pastikan
setiap misi atau target yang dikejar, punya nilai manfaat, baik untuk diri
sendiri maupun lingkungan.
- Kerjakan segala sesuatu dengan integritas: Jaga
kejujuran dan keterbukaan selama proses pencapaian tujuan agar menjadi
inspirasi positif bagi orang lain.
- Berani mengambil tanggung jawab: Jika gagal, berani
mengakui dan belajar dari pengalaman, bukan menyalahkan pihak lain.
- Aktif memberikan umpan balik & bantuan: Tidak
ragu memberikan bantuan kepada orang lain dan menerima masukan untuk
perbaikan diri.
- Kembangkan budaya kolaborasi yang sehat: Wujudkan
suasana kebersamaan untuk menguatkan semangat gotong royong dan kepedulian
sosial dalam tim atau organisasi.
- Evaluasi hasil dan proses secara seimbang: Tidak
hanya menilai dari sisi hasil (output), tapi juga proses, moralitas, serta
dampak sosial yang terjadi dari tiap langkah.
Pada akhirnya, dorongan berprestasi dan keteladanan bukan dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari satu perjalanan menuju makna hidup yang sejati. Prestasi membangun keunggulan diri, sementara keteladanan membangun kepercayaan dan pengaruh moral. Ketika keduanya berjalan seimbang, seseorang tidak hanya menjadi pemenang dalam kompetisi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang. Itulah makna sejati dari prestasi yang bermartabat — bukan hanya diakui karena hasilnya, tetapi juga dihormati karena nilai-nilai yang dijunjung tinggi sepanjang perjalanan.
Link youtube:
https://youtu.be/bxpvttPci7c?si=UttZ9G4StWizGsBa
Daftar pustaka
Yusuf, S. (2017). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto, S. (2009). Kontribusi Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Semarang. Paradigma.
Suryani, I., & Lestari, N. (2020). Hubungan antara Motivasi Berprestasi
dan Perilaku Keteladanan Mahasiswa. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Pengembangan Karakter, 8(2), 45–53.

0 komentar:
Posting Komentar