ESAI 8 - UTS PSIKOLOGI INOVASI KELAS SJ & SP
"INOVASI PENDEKATAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN DALAM PEMBINAAN REMAJA OLEH KANG DEDI MULYADI"
Fenomena sosial yang muncul dari gaya kepemimpinan
Kang Dedi Mulyadi (KDM) menarik perhatian publik karena pendekatannya yang
tidak biasa terhadap remaja “unik” - yaitu mereka yang berperilaku menyimpang,
seperti merokok, berkelahi, membolos, atau melakukan kenakalan lainnya.
Alih-alih menghukum dengan cara konvensional, KDM memilih menempatkan para
remaja ini di barak militer untuk jangka waktu tertentu. Tujuannya bukan
sekadar memberi efek jera, melainkan membentuk kembali perilaku dan kebiasaan
mereka melalui perubahan lingkungan dan pola hidup.
Pendekatan ini dapat dianalisis melalui kerangka
psikologi lingkungan sebagaimana dijelaskan oleh Paul A. Bell dan rekan-rekan
(dalam Patimah, Shinta, & Al-Adib, 2024) serta Sarwono (1995). Psikologi
lingkungan menekankan hubungan timbal balik antara individu dan lingkungan
fisik maupun sosialnya. Persepsi terhadap lingkungan akan memengaruhi perilaku,
sementara perilaku seseorang juga dapat mengubah makna lingkungan bagi dirinya.
1. Persepsi Lingkungan dan Pembentukan Perilaku
Menurut Bell (Patimah et al., 2024), perilaku manusia
sangat dipengaruhi oleh cara individu mempersepsikan lingkungannya. Persepsi
bukan hanya hasil dari pengamatan indrawi, tetapi juga interpretasi kognitif
dan emosional terhadap stimulus di sekitar.
Dalam konteks KDM, barak militer bukan sekadar tempat
fisik, tetapi lingkungan dengan aturan, struktur, dan nilai-nilai tertentu yang
secara sengaja dibangun untuk menstimulasi perubahan persepsi remaja terhadap
disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras.
Ketika remaja memasuki barak, mereka dihadapkan pada
rutinitas yang teratur: bangun pagi, olahraga, kerja bakti, dan kegiatan
belajar. Lingkungan yang penuh kontrol sosial ini membentuk persepsi baru
tentang keteraturan dan penghargaan terhadap waktu. Dari yang semula memandang
disiplin sebagai tekanan, remaja mulai memahami bahwa keteraturan justru
memberi mereka rasa aman dan arah hidup yang jelas.
2. Mekanisme Adaptasi Lingkungan
Sarwono (1995) menjelaskan bahwa manusia selalu
beradaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi ini bisa bersifat fisik,
psikologis, maupun sosial.
Dalam kasus KDM, remaja yang awalnya menunjukkan
perilaku menyimpang berusaha menyesuaikan diri dengan aturan dan norma yang
berlaku di barak. Tekanan sosial dari lingkungan militer - seperti adanya figur
instruktur, sistem penghargaan dan hukuman, serta solidaritas kelompok - mendorong remaja untuk mengadopsi perilaku baru yang lebih positif.
Lingkungan fisik barak juga memiliki efek psikologis.
Ruang yang tertata, aktivitas yang terstruktur, serta kedekatan dengan alam
melalui kegiatan fisik menciptakan suasana yang mendukung keseimbangan
emosional. Ketika remaja merasakan efek positif dari lingkungan tersebut,
mereka mulai menanamkan kebiasaan baik sebagai bagian dari identitas baru
mereka.
3. Pembentukan Kebiasaan dan Perubahan Sosial
Perubahan perilaku yang dicapai melalui interaksi
dengan lingkungan ini dapat dijelaskan melalui konsep behavior setting dari
Bell. Setiap lingkungan memiliki pola perilaku khas yang diharapkan dari
individu di dalamnya.
Ketika remaja menyesuaikan diri dengan pola perilaku
di barak, mereka belajar untuk meniru perilaku yang diterima secara sosial,
seperti kerja sama, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Setelah keluar dari
lingkungan tersebut, perilaku yang sudah terbentuk cenderung bertahan karena
telah menjadi bagian dari sistem kebiasaan (habits).
KDM memahami bahwa perubahan sosial tidak bisa
dilakukan hanya dengan memberikan nasihat, tetapi melalui pembentukan konteks
lingkungan yang mendukung perubahan perilaku. Dengan demikian, barak militer
berfungsi sebagai setting behavior yang secara sistematis menciptakan
pengalaman belajar sosial dan emosional bagi remaja.
4. Inovasi dalam Pendekatan Psikologi Lingkungan
Pendekatan KDM dapat dianggap sebagai inovasi dalam
praktik psikologi lingkungan, karena menggabungkan unsur rehabilitasi sosial
dengan nilai-nilai budaya lokal. Ia memanfaatkan lingkungan fisik dan sosial
sebagai alat intervensi psikologis untuk membentuk perilaku baru.
Pendekatan ini selaras dengan teori Bell bahwa inovasi
sosial dapat muncul dari desain lingkungan yang tepat, bukan semata-mata dari
instruksi verbal atau hukuman.
Dengan demikian, strategi KDM menunjukkan bahwa
perubahan perilaku remaja “unik” dapat dicapai melalui pengelolaan persepsi dan
adaptasi terhadap lingkungan yang terstruktur. Lingkungan bukan sekadar latar,
tetapi agen aktif dalam membentuk perilaku dan kebiasaan individu.
Kesimpulan
Melalui kacamata teori Paul A. Bell dan Sarwono
(1995), pendekatan KDM terhadap remaja bermasalah merupakan bentuk penerapan
psikologi lingkungan yang inovatif. Ia memahami bahwa perubahan perilaku harus
dimulai dari perubahan persepsi terhadap lingkungan. Dengan menciptakan
lingkungan baru yang disiplin dan positif, KDM membantu remaja membentuk
kebiasaan yang lebih sehat secara psikologis dan sosial.
Intervensi berbasis lingkungan ini membuktikan bahwa
inovasi dalam psikologi tidak selalu bersifat teknologi, tetapi dapat lahir
dari pemanfaatan nilai-nilai budaya, struktur sosial, dan tata ruang yang
mendukung pembentukan perilaku adaptif.
Daftar Pustaka
Hidayat, R. (2020). “Peran Lingkungan
dalam Pembentukan Karakter Remaja: Kajian Psikologi Lingkungan.” Jurnal
Bimbingan dan Konseling Nusantara, 6(1), 45–54.
Mulyadi, D. (2022). Manusia Jawa Barat:
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Pembangunan Sosial. Bandung: Pustaka Jaya.
Patimah, S., Shinta, P. N., & Al-Adib,
A. A. (2024). Psikologi Lingkungan: Interaksi Manusia dan Lingkungannya.
Bandung: Alfabeta.
Rachmawati, F., & Nugraha, A. (2023).
“Pendekatan Sosio-Kultural dalam Pembinaan Remaja di Jawa Barat: Studi Kasus
Kepemimpinan Dedi Mulyadi.” Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 12(3), 187–199.
Raharjo, S. (2021). “Psikologi Lingkungan
dan Pembentukan Perilaku Sosial Remaja.” Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Konseling Indonesia, 7(2), 88–100.
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan: Individu dan Ruang Hidupnya. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

0 komentar:
Posting Komentar