11.11.25

ESAI 2 - Wawancara Disonansi Kognitif

 Tugas Esai 2 - Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

    Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

Bulan dan Tahun Terbit : November 2025


Nursania Dukomalamo (23310410096)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Menurut Festinger (dalam West & Turner, 2008) disonansi kognitif merupakan perasaan yang tidak seimbang yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang.dan melampaui kemampuan ketahanan individu yang bersangkutan. Sumber disonansi kognitif menurut Festinger (dalam Sarwono, 2009) yaitu inkonsitensi logis, nilai budaya, pendapat umum dan pengalaman masa lalu.

Adanya disonansi secara psikologis, akan memotivasi orang untuk mengurangi disonansi dan mengarahkan mereka pada penghindaran informasi yang cenderung meningkatkan disonansi. Semakin besar disonansi, semakin besar tekanan untuk menguranginya (Harmon-Jones & Mills, 2004). Disonansi dapat dikurangi dengan perubahan. Jika perilaku sendiri berkontribusi pada disonansi, maka perasaan disonan dapat berubah. Lingkungan juga dapat diubah untuk memberikan alasan untuk membenarkan atau mengharuskan perilaku sendiri, dan ketiga menghilangkan disonansi melalui perubahan atau penambagan elemen kognitif, namun cara ini digunakan antara untuk mengubah perilaku atau tetap berperilaku dengan menambah informasi sebagai pembenaran atas perilaku yang telah dilakukan (Kivirinta, 2014).

Pada WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2019, prevelensi perokok di Indonesia tahun 2018 pada pria sebesar 62,9% dan wanita 4,8% untuk usia lebih dari 15 tahun, sedangkan pada usia 13-15 tahun prevelensi perokok pria sebesar 23% dan wanita 2,4%, dimana kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami darurat rokok (World Health Organization, 2019).

Saya Telah melakukan Wawancara terhadap orang yang melakukan disonansi kognitif yaitu merokok dengan Q adalah Question (Pertanyaan) dan A (Jawaban), berikut hasil wawancaranya :

Q : Sejak Kapan Mulai merokok dan apa alasan utama Anda saat itu.

A : Merokok Sejak kelas 3 SMA, Pada usia 19 tahun, sejak bulan maret 2022, dan alasan utamanya  karena stress serta pergaulan sekitar.

Q : Bagaimana kebiasaan merokok memengaruhi kehidupan sehari-hari Anda?

A : Pengaruh positif nya adalah, Saat merokok pikiran lebih terbuka, banyak muncul ide baru, menenangkan saat stress, dan subjek mengatakan bahwa ia mampu bekerja dalam tekanan. Sedangkan pengaruh negatifnya Adalah subjek menghabiskan banyak anggaran untuk memenuhi keinginan merokok, dianggap nakal di lingkungan sekitar bahkan di keluarga, sering batuk  dan juga, subjek mengaku bernafas sudah tidak normal, yaitu terdapat perbedaan Ketika berolahraga seperti sebelum subjek merokok.

Q :  Bagaimana perasaan Anda ketika melihat peringatan bahaya merokok di bungkus rokok?

A : Merasa “tidak peduli” karena yang rokok berikan ketenangan Dimana itu yang subjek cari selama ini, dan menurutnya itu sudah lebih dari cukup.

Q : Apa yang Anda ketahui tentang dampak merokok terhadap kesehatan?

A : Kadang “Malas tau” bahkan Ketika sakit pun subjek masih mengkonsumsi rokok.

Q : Pernahkah Anda merasa bertentangan antara keinginan merokok dengan pengetahuan bahwa merokok berbahaya?

A : Iya Pernah, Penyebabnya adalah karena tekanan, Subjek tidak bisa bertahan dengan tekanan karena merokok.

 

Daftar Pustaka

(Prisanto et al., 2020)Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Hasna, S., Tinggi, S., Komunikasi, I., Studi, I., & Indonesia, U. (2020). Report on the Global Tobacco Epidemic. https://doi.org/10.24036/rapun.v11i1.108039

Salsabila, H. D. (2019). Lokus Kendali Kesehatan dan Disonansi Kognitif Pada Wanita Perokok Berjilbab. 7(3), 351–359.



Lampiran Foto dengan Subjek Wawancara.









0 komentar:

Posting Komentar