MATA KULIAH : Psikologi inovasi
DOSEN PENGAMPU : DR.Arundati Shinta, M.
NAMA : Widi purbaningsih
NIM : 233104110009
KELAS :kelas sp karyawan
DISONANSI KOGNITIF PERILAKU MAHASISWA TERHADAP BAHAYA
MIKROPLASTIK
Permasalahan yang berkaitan dengan persampahan merupakan permasalahan global
yang cukup kompleks hingga saat ini. Salah satu topik yang masih tergolong hangat yaitu tentang
mikroplastik. Mikroplastik adalah partikel kecil yang berasal dari plastik dengan diameter tidak
lebih dari 5 mm, bentuknya berupa serat (fiber), granula, lapisan tipis, atau fragmen. Mikroplastik
bisa muncul dari degradasi plastik misalnya plastik yang terkena radiasi sinar UV atau arus air yang deras yang menyebabkan plastik terdegradasi menjadi
mikroplastik. Mikroplastik yang bersumber dari kosmetik dan produk kesehatan berupa
microbead atau microexfoliate seperti polietilenpenghasil sampah plastik tertinggi no 5 dalam laporan bank dunia . Ada bermacam-macam jenis plastik berdasarkan tipe
polimernya seperti: Polietilen yang dapat dijumpai pada botol plastik sekali pakai, plastik kresek,
botol shampoo, dan lainnya. Polipropilen yang bisa kita temukan pada kemasan cemilan, wadah
plastik yang tahan di microwave, tutup botol dan lainnya. Polistiren yang masih digunakan pada
wadah makanan Ada bisphenol A dan ftalat yang menjadi bahan pada mainan anak-
anak dan jenis plastik lainnya. Kandungan dalam plastik seperti BPA dapat dideteksi dalam darah
wanita hamil, cairan amnion, jaringan plasenta, dan tali pusat yang menunjukkan terjadinya
paparan pada janin. Setelah masuk ke dalam tubuh lewat saluran cerna, BPA dengan cepat
berikatan dengan asam glukuronat menjadi BPA-glukuronida Pengetahuan
tentang pencemaran sampah makroplastik mikroplastik perlu disebar-luaskan melalui promosi
kesehatan penyuluhan mengingat pengendalian terhadap plastik yang masih minim dan mampu
membantu pemerintah dalam melaksanakan program pengendalian plastik. (Dan, Kesehatan,Penyuluhan Beberapa dampak sampah plastik terhadap
lingkungan adalah pencemaran tanah, air tanah hingga makhluk bawah tanah. Selain itu partikel
yang terkandung pada plastik akan meracuni hingga membunuh hewan pengurai seperti cacing,
kantong plastik dapat menghambat air yang meresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan
tanah karena plastik mengganggu sirkulasi udara di dalam tanah. Sampah plastik yang dibuang
secara sembarangan ke sungai, anak sungai, bahkan drainase dapat mengakibatkan sungai
menjadai dangkal dan terhambat alirannya. Selain itu, kandungan racun yang ada di plastik akan
masuk ke dalam tubuh hewan tersebut, meracuni tubuhnya dan manusia yang mengkonsumsinya
secara tidak langsung akan juga teracuni.
Menurut (Suatan & Irwansyah, 2021) untuk mengurangi disonansi kognitif yang terjadi
bisa dilakukan dengan dua konsep yang pertama yaitu compensatory health belief (CHB) dan self-
exempting belief. Metode CHB ini dilakukan dengan cara memberi kompensasi pada diri dengan
berperilaku sehat lainnya karena sudah tahu ada dari dampak dari paparan mikroplastik
berbahaya maka dengan melakukan upaya kesehatan dari sisi lain bisa mereduksi disonan.
Sedangkan pada metode self-exempting belief ini para disonan berpikiran bahwa penurunan
kesehatan akibat mikroplastik ini tidak berlaku bagi mereka. Bahkan untuk mereka bisa percaya
bahwa dengan penggunaan plastik-plastik sekali pakai dapat mempermudah karena lebih praktis.
Dapat dianalisis lebih mendalam bahwa bisa berakibat kurang baik jika untuk mengurai disonansi
kognitifnya mahasiswa melakukan pembenaran perilakunya yang tidak sesuai dengan
pengetahuanya tersebut. Seperti misalnya pendapat umum yang berkembang di masyarakat
bahwa situasi lingkungan tidak akan banyak berubah atau tidak ada perbedaan dengan
pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Sesuai dengan pendapat (Dewanti & Irwansyah,
2021) adanya nilai dan budaya yang dianut akan mempengaruhi dan menimbulkan disonansi
pada perilaku seseorang. Jika sebagian besar mahasiswa atau masyarakat secara umum memiliki
pemikiran yang sama maka perubahan ke arah lebih baik untuk lingkungan jadi sulit terwujud.
Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik simpulan bahwa masih perlu pemberian
pengetahuan yang lebih mendalam kepada para mahasiswa mengenai dampak penggunaan
plastik sekali pakai, baik melalui perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Dengan pemahaman
yang lebih mendalam diharapkan tidak terjadi disonansi kognitif pada mahasiswa. Perlu banyak
upaya untuk bisa mewujudkan lingkungan yang kondusif agar terjadi konsistensi positif, misal
dukungan dari lembaga/kampus yang harus disosialisaikan secara luas dan terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, C., Baker, J., & Bamford, H. (2009). Proceedings of the International Research
Workshop on the Occurrence , Effects , and Fate of Microplastic Marine Debris.
Group, (January), 530.

0 komentar:
Posting Komentar