14.11.25

Esai 2 Disonansi Kognitif

 MATA KULIAH : Psikologi inovasi

DOSEN PENGAMPU : DR.Arundati Shinta, M.

NAMA                        : Widi purbaningsih

NIM                            : 233104110009

KELAS                      :kelas sp karyawan


                         DISONANSI KOGNITIF PERILAKU MAHASISWA TERHADAP BAHAYA

                                                                      MIKROPLASTIK



Permasalahan yang berkaitan dengan persampahan merupakan permasalahan global

yang cukup kompleks hingga saat ini. Salah satu topik yang masih tergolong hangat yaitu tentang

mikroplastik. Mikroplastik adalah partikel kecil yang berasal dari plastik dengan diameter tidak

lebih dari 5 mm, bentuknya berupa serat (fiber), granula, lapisan tipis, atau fragmen. Mikroplastik

bisa muncul dari degradasi plastik misalnya plastik yang terkena radiasi sinar UV atau arus air yang deras yang menyebabkan plastik terdegradasi menjadi

mikroplastik. Mikroplastik yang bersumber dari kosmetik dan produk kesehatan berupa

microbead atau microexfoliate seperti polietilenpenghasil sampah plastik tertinggi no 5 dalam laporan bank dunia . Ada bermacam-macam jenis plastik berdasarkan tipe

polimernya seperti: Polietilen yang dapat dijumpai pada botol plastik sekali pakai, plastik kresek,

botol shampoo, dan lainnya. Polipropilen yang bisa kita temukan pada kemasan cemilan, wadah

plastik yang tahan di microwave, tutup botol dan lainnya. Polistiren yang masih digunakan pada

wadah makanan Ada bisphenol A dan ftalat yang menjadi bahan pada mainan anak-

anak dan jenis plastik lainnya. Kandungan dalam plastik seperti BPA dapat dideteksi dalam darah

wanita hamil, cairan amnion, jaringan plasenta, dan tali pusat yang menunjukkan terjadinya

paparan pada janin. Setelah masuk ke dalam tubuh lewat saluran cerna, BPA dengan cepat

berikatan dengan asam glukuronat menjadi BPA-glukuronida Pengetahuan

tentang pencemaran sampah makroplastik mikroplastik perlu disebar-luaskan melalui promosi

kesehatan penyuluhan mengingat pengendalian terhadap plastik yang masih minim dan mampu

membantu pemerintah dalam melaksanakan program pengendalian plastik. (Dan, Kesehatan,Penyuluhan Beberapa dampak sampah plastik terhadap

lingkungan adalah pencemaran tanah, air tanah hingga makhluk bawah tanah. Selain itu partikel

yang terkandung pada plastik akan meracuni hingga membunuh hewan pengurai seperti cacing,

kantong plastik dapat menghambat air yang meresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan

tanah karena plastik mengganggu sirkulasi udara di dalam tanah. Sampah plastik yang dibuang

secara sembarangan ke sungai, anak sungai, bahkan drainase dapat mengakibatkan sungai

menjadai dangkal dan terhambat alirannya. Selain itu, kandungan racun yang ada di plastik akan

masuk ke dalam tubuh hewan tersebut, meracuni tubuhnya dan manusia yang mengkonsumsinya

secara tidak langsung akan juga teracuni.


Menurut (Suatan & Irwansyah, 2021) untuk mengurangi disonansi kognitif yang terjadi

bisa dilakukan dengan dua konsep yang pertama yaitu compensatory health belief (CHB) dan self-

exempting belief. Metode CHB ini dilakukan dengan cara memberi kompensasi pada diri dengan

berperilaku sehat lainnya karena sudah tahu ada dari dampak dari paparan mikroplastik

berbahaya maka dengan melakukan upaya kesehatan dari sisi lain bisa mereduksi disonan.

Sedangkan pada metode self-exempting belief ini para disonan berpikiran bahwa penurunan

kesehatan akibat mikroplastik ini tidak berlaku bagi mereka. Bahkan untuk mereka bisa percaya

bahwa dengan penggunaan plastik-plastik sekali pakai dapat mempermudah karena lebih praktis.

Dapat dianalisis lebih mendalam bahwa bisa berakibat kurang baik jika untuk mengurai disonansi

kognitifnya mahasiswa melakukan pembenaran perilakunya yang tidak sesuai dengan

pengetahuanya tersebut. Seperti misalnya pendapat umum yang berkembang di masyarakat

bahwa situasi lingkungan tidak akan banyak berubah atau tidak ada perbedaan dengan

pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Sesuai dengan pendapat (Dewanti & Irwansyah,

2021) adanya nilai dan budaya yang dianut akan mempengaruhi dan menimbulkan disonansi

pada perilaku seseorang. Jika sebagian besar mahasiswa atau masyarakat secara umum memiliki

pemikiran yang sama maka perubahan ke arah lebih baik untuk lingkungan jadi sulit terwujud.


Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik simpulan bahwa masih perlu pemberian

pengetahuan yang lebih mendalam kepada para mahasiswa mengenai dampak penggunaan

plastik sekali pakai, baik melalui perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Dengan pemahaman

yang lebih mendalam diharapkan tidak terjadi disonansi kognitif pada mahasiswa. Perlu banyak

upaya untuk bisa mewujudkan lingkungan yang kondusif agar terjadi konsistensi positif, misal

dukungan dari lembaga/kampus yang harus disosialisaikan secara luas dan terus menerus.


DAFTAR PUSTAKA

Arthur, C., Baker, J., & Bamford, H. (2009). Proceedings of the International Research

Workshop on the Occurrence , Effects , and Fate of Microplastic Marine Debris.

Group, (January), 530.





0 komentar:

Posting Komentar