Tugas Esai 2 : Melakukan Wawancara Disonansi Kognitif
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
2025
Dalam tugas melakukan wawancara disonansi kognitif, saya berkesempatan untuk melakukan wawancara terhadap Individu (R). Individu (R) adalah seorang instruktur olahraga di sebuah pusat kebugaran salah satu di kota Yogyakarta. Meskipun dikenal aktif mempromosikan gaya hidup sehat, (R) mempunyai kebiasaan merokok setiap kali selesai melatih klien. Kondisi tersebut mencerminkan disonansi kognitif, yaitu konflik batin antara pengetahuan (merokok berbahaya) dan tindakan (tetap merokok).
Dalam wawancara, (R) berkata “ Aku tau rokok itu nggak sehat, apalagi buat pelatih kayak aku. Tapi kalau lagi capek ya.. rokok itu kayak jadi teman buat nenangin diri.” Pernyataan tersebut menunjukkan adanya rasionalisasi sebagai mekanisme pertahanan diri, di mana individu mencoba membenarkan perilaku yang bertentangan dengan nilai atau keyakinannya.
Saat ditanya apakah ia pernah mencoba berhenti merokok, si (R) menjawab “ Udah pernah. Tapi susah banget, soalnya di sini teman-teman instruktur juga kebanyakan merokok. Kalau nggak ikut, rasanya kayak nggak nyatu gitu..“. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tekanan sosial dan rasa ingin diterima oleh kelompok turut memperkuat disonansi yang ia alami. Si (R) memahami bahwa perilaku tersebut salah, namun lingkungan sosial membuatnya sulit untuk berubah.
Dalam bagian lain wawancara, si (R) juga menyampaikan “ Aku merasa aneh juga sih. Di satu sisi aku ngajarin klien buat hidup sehat, tapi di sisi lain aku sendiri nggak bisa lepas dari rokok. Mungkin karena stres kerja juga kali ya...”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ia berusaha mengurangi ketegangan kognitif melalui justifikasi stres kerja dan perbandingan sosial, yakni menganggap perilakunya masih lebih baik daripada orang yang sama sekali tidak berolahraga.
Dari wawancara tersenut dapat disimpulkan bahwa disonansi kognitif pada si (R) dipertahankan oleh kombinasi faktor internal yaitu emosi dan pembenaran diri serta faktor eksternal yaitu dukungan sosial dari rekan ssebaya. Si (R) menyadari kontradiksi antara nilai dan perilaku, namun belum mencapai tahap perubahan nyata. Untuk mengurangi disonansi, (R) perlu memodifikasi lingkungannya atau mencari alternatif coping yang lebih sehat.
*Lampiran foto
(N.B : Klik buka gambar untuk mendapatkan hasil jernih)


0 komentar:
Posting Komentar