Esai Ujian Tengah Semester
Ainun Awanda Frisca - 24310430013 - Psikologi Kelas Karyawan
Psikologi Lingkungan - UTS - Dr. A. Shinta, M.A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Lingkungan yang berada pada perumahan di Amerika yang sesuai gambar tersebut memunculkan persepsi, persepsi inilah yang membentuk pandangan dan makna setiap individu berbeda-beda. Hal ini terjadi sesuai dengan karakter individu masing-masing, karena persepsi akan terbentuk sesuai dengan latar belakang, pengalaman dan kebutuhan. Persepsi lingkungan berasal dari bagaimana indera penglihatan memproses hasil dari penginderaannya menjadi makna tertentu sesuai dengan objek yang dilihat di sekitarnya. Persepsi ini yang menimbulkan reaksi sesuai dengan asas busur reflex. Sehingga individu yang bersentuhan langsung dengan objek yang berada di lingkungan tersebut akan mudah memahami proses dari persepsi lingkungan. Tahap awal ini yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya melalui kontak fisik antara objek-objek dengan lingkungannya. Karena objek menimbulkan manfaat sesuai dengan kebutuhan dan manusia muncul dengan sifatnya masing-masing sesuai kepribadianya.
Menurut A Bell, persepsi lingkungan merupakan proses psikologi pada manusia, karena individu mulai menerima, menyeleksi dan menginterpretasikan stimulus dari lingkungan sebagai dasar untuk individu dalam mengambil keputusan dan berperilaku. Proses persepsi tidak hanya muncul dari stimulus lingkungan tapi juga bisa berasal dari faktor internal berupa pengalaman, kebutuhan, nilai dan sosial-budaya. Stimulus lingkungan yang ditimbulkan dari perumahan kumuh di Amerika adalah padatnya penghuni, memudarnya cat tembok dan berlumut dindingnya. Sehingga menimbulkan persepsi berbeda pada setiap individu, hal ini yang melatar belakangi individu untuk tetap tinggal atau tidak. Untuk yang memiliki persepsi tidak tinggal di tempat tersebut karena terbiasa berada pada lingkungan yang bersih, tertata dan sesuai dengan estetika standar sebuah bangunan. Sedangkan yang tetap tinggal melakukan seleksi stimulus melalui beberapa aspek fungsional seperti dekat dengan tempat kerja, terdapat kenangan yang tak terlupakan, komunitas sosial yang mendukung dan sudah terjalinnya keakraban, kenyamanan dan keamanan antar warga perumahan. Sehingga persepsi yang berada pada batas optimal maka individu berada dalam keadaan hemostatis, dimana keadaan ini dikategorikan dalam keadaan serba seimbang. Keadaan inilah yang sering ingin dipertahankan oleh individu karena merasa nyaman dan menyenangkan.
Penghuni yang tinggal di tempat tersebut menyatakan bahwa tempat tersebut adalah tempat tinggal yang sederhana, nyaman dan bermakna. Karena interpretasi dari penghuni yang terpenting adalah fungsional, aman dan mendukung kehidupan sosial. Sehingga penghuni yang terbiasa tinggal ditempat seperti itu sejak lama akan memunculkan perasaan keterikatan (place attachment) dan identitas lingkungan (place identity). Proses ini juga di latar belakangi dari status sosial, ekonomi dan budaya. Menurut masyarakat kalangan menengah ke bawah juga berpersepsi bahwa keindahan estetika dari sebuah bangunan bukan hal yang menjadi tolak ukur untuk mereka tinggali, yang terpenting adalah fungsinya. Dan untuk kalangan menengah keatas perumahan seperti itu jauh dari layak huni. Statement ini lah yang mempengaruhi sebagian kalangan dalam mengambil keputusan untuk tetap tinggal atau memilih tempat yang lain.
Perilaku untuk tetap tinggal tidak semata-mata karena terpaksa melainkan psikologi yang mulai melekat pada lingkungan tersebut yaitu rasa aman yang dihadirkan, kedekatan sosial yang terjalin, dan hubungan emosional yang mulai terbentuk sesama warga penghuni perumahan. Penghuni akan memilih tetap tinggal karena mereka merasa bangga dengan komunitasnya dan memandang lingkungannya secara positif. Beda halnya dengan persepsi dari kami para mahasiswa yang sempat berpendapat untuk tetap tinggal karena terpaksa dengan mengubah beberapa bagian kecil dari tempat tersebut dengan mengecat ulang atau memperbaiki agar terlihat indah. Secara tidak langsung kami mempersepsikan tempat tersebut negatif.
Kesimpulan dari skema persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan adalah alasan mereka tetap tinggal di tempat kumuh karena perbedaan dalam memaknai persepsi lingkungan. Dan adanya faktor dari pengalaman, kebutuhan, nilai-nilai dan sosial budaya yang dianut oleh individu. Karena sebagian orang beranggapan bahwa lingkungan kumuh bukan berarti tidak layak huni, justru disitulah mereka menemukan kehidupan sosialnya.
Refrensi :
Pamekas, E. B. Z., Waani, J. O., & Poli, H. (2019). Adaptasi Masyarakat Bantaran Sungai Terhadap Banjir di Kelurahan Pakowa Kota Manado. Jurnal Spasial, 6(2), 482-492.

0 komentar:
Posting Komentar