PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kelurahan Pasar Sarolangun)
MARIA NOVITA
NIM 24310410008
Mata Kuliah Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
ESAI 1 – MERINGKAS JURNAL SAMPAH
|
Topik |
PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kelurahan Pasar Sarolangun). |
|
Sumber |
Rahman, A. (2013). PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kelurahan Pasar Sarolangun). Jurnal Bina Praja, 5(4), 215 - 220. |
|
Permasalahan |
Kelurahan Pasar Sarolagun, Kabupaten Sarolangun menghadapi Permasalahan sampah erat sekali kaitannya dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, sebab masyarakatlah yang merupakan sumber utama sampah itu sendiri. Mengatasi permasalahan sampah dari sumbernya akan menjadikan permasalahan sampah menjadi lebih sederhana. Di tengah kesulitan dan keterbatasan pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas dan sumber daya manusia untuk pengelolaan sampah maka peran masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi aspek yang sangat penting. Kendala yang
dihadapi masyarakat antara
lain; 1) Ada
33% masyarakat yang menyatakan
belum terlayani penjemputan
sampah kerumahnya. 2)
Ada 23% masyarakat menyatakan belum
tersedia TPS dilingkungan
RTnya. Selain kendala
diatas terungkap juga
bahwa penjemputan sampah terkadang
tidak dilaksanakan setiap
hari dan keberadaan
tong sampah didepan rumah sering hilang diambil maling
dan juga sebagian masyarakat belum mengetahui cara pengolahan sampah. Kendala
yang dihadapi Pemerintah
adalah 1) Kurangnya
fasilitas seperti TPS,
Armada pengangkut sampah. 2)
Belum semua wilayah
di Kelurahan Pasar
Sarolangun dapat dilayani
oleh Distaksiman. 3) Kurangnya Tenaga Ahli 3R. |
|
Tujuan Penelitian |
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga, khususnya yang berkaitan dengan prinsip umum pengelolaan sampah yang baik dan penerapan reduce reuse dan recycle (3R), serta untuk mengetahui kendala yang dihadapai masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan pasar sarolangun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 di Kelurahan Pasar Sarolagun, Kabupaten Sarolangun. |
|
Isi |
Menyoroti besarnya peran perilaku masyarakat dalam masalah sampah. Meskipun sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik, praktik sehari-hari dalam mengelola sampah belum sepenuhnya konsisten. Fasilitas terbatas, jadwal pengangkutan tidak rutin, serta peran petugas kebersihan yang belum maksimal juga menjadi kendala. Penelitian menegaskan pentingnya kombinasi antara edukasi, sarana memadai, dan tindakan nyata masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih. |
|
Metode |
Metode penarikan sampel yang peneliti gunakan adalah metode quota sampling. Menurut Aswatini, metode quota sampling
yaitu metode pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada strata atau daerah tetapi pada jumlah sampel yang sudah ditentukan. Dalam pengumpulan data, peneliti menghubungi subjek (unit
analisis) yang memenuhi persyaratan ciri-ciri
populasi tanpa menghiraukan darimana subjek tersebut tetapi masih dalam populasi penelitian. Biasanya yang diambil sebagai sampel adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pengumpulan data. Yang penting diperhatikan disini
adalah jumlah sampel (quantum) yang sudah ditentukan. Subjek yang dijadikan populasi adalah masyarakat rumah tangga di Kelurahan Pasar Sarolangun. Sedangkan jumlah sampelnya ditentukan sebanyak 30 responden. Responden tersebut berasal dari 6 RT
dimana setiap RT diambil 5 responden. |
|
Hasil |
Hasil penelitian
menunjukan sebagian besar 47%
atau 14 responden
menyatakan terbiasa
membuang sampah ke
TPS yang dibangun
oleh Pemerintah. Sebanyak 23%
membuang sampah di tong
sampah di depan
rumah. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa perilaku
masyarakat dalam membuang
sampah sudah baik. Mengenai waktu
membuang sampah menunjukan 53% masyarakat
membuang sampah pada pagi
hari dan 17
% membuang sampah
pada malam hari, hal
ini menunjukan bahwa
sebagian besar masyarakat sudah
baik dalam kebiasaan membuang sampah
pada waktu yang
ideal. Namun masih ada
sedikit responden yang
terbiasa membuang sampah pada
siang dan sore
hari yang sebenarnya hal
ini kurang baik,
karena sampah sampah akan
terlihat pada siang
harinya dimana umumnya
masyarakat melakukan aktifitas pada siang hari. Hasil analisis menunjukan bahwa hanya 17% atau sedikit masyarakat yang membawa keranjang sendiri ketika berbelanja sementara yang tidak pernah membawa keranjang jauh lebih besar yaitu 45% dan yang kadang-kadang membawa keranjang sebesar 38 % serta 1 orang tidak menjawab. Ini menunjukan perilaku reduce dengan membawa keranjang dapat dikatakan kurang baik. |
|
Pengelolaan sampah di
Kabupaten Sarolangun, secara umum dapat dikatakan baik, akan tetapi masih
sebatas menerapkan paradigma
lama yaitu hanya sebatas
kegiatan kumpul, angkut
dan buang ke TPA.
Oleh karena itu
perlu peningkatan kualitas
pengelolaan sampah agar terwujud masyarakat
yang sehat, lingkungan
hidup yang lestari, serta
mengubah sampah dari masalah menjadi sumber
daya yang berguna
bagi masyarakat dan lingkungan dengan
menekankan pada beberapa
hal berikut: 1.Pemerintah Kabupaten Sarolangun perlu lebih gencar melaksanakan sosialisasi kebersihan, dan memasyarakatkan penerapan prinsip 3R sehingga bukan hanya piala adipura yang dapat dipertahankan namun kualitas pengelolaan sampah juga dapat ditingkatkan. Dengan sosialisasi dan memasyarkatkan prinsip 3R diharapkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat meningkat yang pada akhirnya membantu beban pemerintah dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan baik. 2.Pemerintah Kabupaten Sarolangun sebaiknya memperluas wilayah pelayanan penjemputan sampah kerumah-rumah warga. |
|
|
Kesimpulan |
Pertama, perilaku masyarakat dalam
penerapan pengelolaan sampah rumah
tangga di kelurahan
pasar sarolangun secara umum dapat dikatakan baik. Kedua, perilaku Masyarakat dalam penerapan
prinsip 3R di Kelurahan Pasar Sarolangun
secara umum dapat dikatakan masih belum baik terlebih pada kategori Recycle dimana hampir tidak ada masyarakat yang melakukan
hal ini, hanya
3% saja masyarakat yang melakukan
recycle atau daur ulang. Ketiga, beberapa kendala yang dihadapi Masyarakat antara lain. a.belum semua masyarakat dapat menikmati layanan penjemputan
sampah kerumah rumah-rumah. b.Masyarakat menilai TPS yang ada saat ini masih kurang dan jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. c.Sebagian masyarakat menilai penjemputan sampah kerumah terkadang tidak dilakukan setiap hari oleh
petugas. d.kurangnya pengetahuan
tentang 3R e.keberadaan tong sampah didepan rumah sering hilang. Keempat, kendala yang dihadapi pemerintah dalam pengelolaan sampah antara lain keterbatasan penyediaan fasilitas seperti, TPS, armada, SDM dan Tenaga ahli. |

0 komentar:
Posting Komentar