ANALISIS PERILAKU PEMILAHAN SAMPAH DI KOTA SURABAYA
Hana
Fardilla – 24310410048 – Psikologi Kelas Karyawan
Psikologi
Lingkungan - Esai 1 - Dr. A. Shinta, M.
A
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
|
Topik |
Pemilahan
sampah, Perilaku, Kota Surabaya |
|
Sumber |
Andina, E.
(2019). Analisis perilaku pemilahan sampah di Kota Surabaya. Aspirasi:
Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 10(2), 119-138. |
|
Per-masalahan |
Surabaya merupakan salah satu kota dengan sampah yang cukup besar, meskipun sebenarnya di Surabaya sudah ada program kebersihan yang diakui dunia, tidak serta merta menjadikan masyarakatnya peduli kebersihan dan melakukan pemilahan sampah. |
|
Tujuan
Penelitian |
Mengetahui bagaiman factor-faktor eksternal seperti: (1) penguatan kebijakan; (2) penyediaan sarana yang ergonomis; dan (3) pelibatan masyarakat dalam mengubah perilaku. Dapat berpengaruh pada perilaku pemilahan sampah. |
|
Isi |
·
Bank Dunia (2018) memperkirakan 85.000 ton
sampah dihasilkan setiap hari di Indonesia. Jika diasumsikan kenaikan 150.000
ton dihasilkan per hari pada tahun 2025 (KLHK, 2019: 8) maka jumlah kenaikan
ini mencapai 76% hanya dalam kurun waktu 10 tahun. ·
Pengurangan sampah harus dilakukan dengan
mengurangi timbulan dari sumber. Akan tetapi, pertumbuhan timbulan sampah
melebihi kemampuan kita untuk mengelolanya. Pola pengelolaan sampah di
Indonesia masih menitikberatkan pada pembuangan sampah secara open dumping. ·
Surabaya mendapatkan apresiasi dari United
Cities and Local Governments (UCLG) Committee atas program penghijauan dan
pengurangan sampah, sehingga mulai tahun 2019 walikota Tri Rismaharini
didaulat menjadi presiden UCLG untuk kawasan Asia Pasifik. ·
Namun begitu, BPS (2018) menetapkan nilai
Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH) Provinsi Jawa Timur
dalam hal pengelolaan sampah pada angka 0.75, yang paling tinggi dibandingkan
provinsi lain di Pulau Jawa–Bali. ·
Pertumbuhan ekonomi Surabaya yang terus
meningkat menyebabkan kota ini menjadi sebagai salah satu dari lima kota
dengan timbulan sampah terbanyak di Indonesia. Pada tahun 2017 Surabaya
menghasilkan 2.913,18 ton sampah per hari, sedangkan di tahun 2018 jumlahnya
menjadi 2.164,4 ton/hari. ·
Jumlah sampah yang berakhir di TPA sebenarnya
bisa dikurangi jika sampah telah dipilah untuk dapat diproses. Sampah organic
dapat ditangani dengan komposting, sementara proses daur ulang dapat
dilakukan pada sampah plastik yang sejenis agar dapat dileburkan menjadi
produk baru yang bernilai. ·
Proses insinerasi lebih efisien dilakukan pada
sampah kering dibandingkan jika sampah bercampur antara kering dan basah.
Pemilahan sampah yang tidak benar meningkatkan biaya program pendaurulangan
karena bertambahnya waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk memilah kembali
sampah |
|
Metode |
·
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan rancangan studi kasus. Penelitian ini memberikan perhatian pada
fenomena individu dan komunitas terkait pemilahan sampah. ·
Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara
dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, LSM Pemerhati
Sampah, Bank Sampah; observasi pengelolaan sampah di ruang publik; didukung
informasi dari laporan resmi dan berita media massa. ·
Observasi dilakukan secara random di sarana
publik yaitu lingkungan kantor pemerintah kota Surabaya di Jalan Taman Surya;
Taman Bungkul dan sekitar Jalan Raya Darmo; Taman Harmoni, Keputih; serta
Kampung Jambangan. ·
Data wawancara dan FGD dicatat dalam bentuk transkrip,
untuk kemudian dideskripsikan dan disajikan dalam bentuk teknik penjelasan
(explanatory-building). |
|
Hasil |
·
Tingkat ketidakpedulian masyarakat Indonesia
terhadap pengelolaan sampah tergolong tinggi, hal ini ditunjukkan dari perilaku
rumah tangga di Indonesia dalam mengelola sampah. Masih banyak masyarakat
yang menangani sampah tapi menimbulkan polusi dengan membakar atau membuang
sampah ke sungai/selokan dan sembarang tempat. BPS mencatat pada tahun 2013
76.31% rumah tangga tidak memilah sampah nya. Jumlah ini meningkat di tahun
2014 menjadi 81.16%. ·
Meskipun sarana pembuangan sampah sudah
disebarkan pemkot, namun masih ada saja yang membuang sampah sembarangan dan
disatukan. Bahkan, masih ada yang membuang sampah di sungai, meskipun TPS
terdekat hanya beberapa ratus meter dari rumahnya. ·
Meskipun ada beberapa petugas sampah yang
memilah sampah di mobil sampah, hanya untuk botol dan plastik yang bernilai
jual. Masyarakat yang tidak menggunakan layanan pengangkutan sampah membuang
sampah di sungai. ·
Dari wawancara dan observasi di atas, penulis
menyimpulkan ada beberapa hambatan yang membuat pemilahan sampah menjadi
sulit. Pertama, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai klasifikasi
sampah dan bagaimana penanganannya. Kedua, sarana tidak mendukung. Ketiga,
pengaruh sosial. Orang cenderung memasukkan sampah sesuai peruntukannya jika
berada di tempat yang semua orang memilah sampah. |
|
Diskusi |
·
Di Indonesia yang menurut Hofstede (2011: 11)
memiliki budaya kolektivisme. Dalam budaya ini orang ingin menyesuaikan
perilakunya dengan mayoritas agar ia merasa menjadi bagian dari kelompok
mayoritas tersebut. Misalnya orang cenderung membuang sampah plastik ke
tempat sampah yang ditandai untuk sampah plastik, ketika melihat isi tempat
sampah memang hanya berisi plastik. Sebaliknya, jika tempat sampah tidak
dipisah dan orang melihat berbagai sampah dimasukkan ke tempat itu, maka ia
tidak ragu untuk melakukan hal yang sama. ·
Ada 3 hal yang penting untuk membentuk
perilaku memilah sampah, yaitu kebijakan, sarana, dan peran serta masyarakat
dalam membagi pengetahuan. ·
Penguatan kebijakan via konsep reward
and punishment, diharapkan akan menjaga kepatuhan atas larangan di atas
pemerintah daerah diberi kebebasan menetapkan sanksi pidana atau denda. Penyediaan
Sarana yang Ergonomis untuk memastikan sarana penyortiran sampah dekat,
jelas, tepat, dan memadai. Pelibatan Masyarakat dalam Mengubah Perilaku,
menekankan pentingnya peran serta masyarakat karena penanganan sampah terbaik
dimulai dari sumber. Semakin dekat dengan sumbernya maka semakin besar rasa
memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab orang untuk
mengelola sampahnya. |
0 komentar:
Posting Komentar