UJIAN AKHIR SEMESTER – Juli 2025.
PERGURUAN TINGGI :
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
FAKULTAS :
Psikologi, Kelas SJ
MATA KULIAH :
Psikologi Inovasi
PENGAMPU :
Arundati Shinta
NIM :
22310410178
Kontak
Fisik (Individu-Objek Lingkungan)
↓
Pembentukan
Persepsi (Interpretasi)
↓
Batas
Optimal (Homeostasis)
│
┌──────────┴───────────┐
│ │
Homeostasis Stres (Melebihi Batas)
↓
Coping/Adjustment
↓
Homeostasis
atau Efek Negatif
(Skema
Persepsi Menurut Paul A. Bell)
Perubahan diri bukan hal yang mudah. Ada orang yang berhasil berubah, ada juga yang justru kembali ke pola lama meski sudah mendapat dukungan penuh. Ini bisa kita lihat dari kisah program pembinaan yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi (KDM), figur publik yang sedang ramai dibicarakan di media sosial. KDM dikenal sering membantu remaja yang punya masalah atau berasal dari keluarga kurang mampu agar bisa hidup lebih baik melalui berbagai program pembinaan.
Contohnya adalah Ayu Aryanti, gadis SMK kelas 1 yang
sempat diangkat sebagai anak asuh oleh KDM. Selama dua tahun tinggal bersama
KDM, Ayu tak perlu memikirkan uang dan punya akses penuh untuk pendidikan.
Setelah lulus SMK, KDM bahkan menawarkan untuk membiayai kuliah. Tapi, Ayu
justru menolak kesempatan tersebut dan memilih kembali ke rumahnya, lalu
berjualan makaroni dengan penghasilan yang sangat kecil.
Sebaliknya, remaja-remaja lain yang dikenal ‘unik’ sering
tawuran, mengonsumsi minuman keras, malas belajar, dan tidak patuh pada
orangtua justru berhasil berubah. Mereka masuk ke barak militer atas inisiatif
KDM, lalu dilatih menjalani kehidupan yang disiplin: bangun pagi, olahraga,
berdoa, belajar, dan hidup teratur. Hasilnya, mereka berubah menjadi pribadi
yang lebih bertanggung jawab dan bisa merencanakan masa depannya.
Perbedaan hasil ini bisa dijelaskan dengan skema
persepsi Paul A. Bell dkk. (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995). Dalam
skema ini, proses perubahan diri dimulai dari persepsi, yaitu bagaimana
seseorang menangkap dan memberi makna pada interaksi dengan lingkungannya.
Persepsi bisa menghasilkan kondisi homeostatis (seimbang) atau justru stres,
tergantung apakah persepsi itu masih dalam batas optimal individu atau tidak.
Jika seseorang merasa mampu menghadapi perubahan, maka ia bisa melakukan
coping. Bila coping berhasil, akan terjadi adaptasi diri atau penyesuaian
terhadap lingkungan baru. Tapi jika coping gagal, stres akan terus berlangsung
dan membuat seseorang menolak perubahan.
Ayu Aryanti kemungkinan besar mengalami persepsi
terhadap perubahan yang melebihi batas optimal dalam dirinya. Meski secara
finansial semua kebutuhannya tercukupi, ia mungkin merasa tidak nyaman, tidak
cocok, atau tidak punya motivasi untuk menerima perubahan tersebut. Persepsi
itu menimbulkan stres, dan coping yang dibentuk pun gagal. Akhirnya, Ayu
kembali ke lingkungan lama dan tidak melanjutkan pendidikan, yang berarti
proses adaptasi tidak berhasil.
Di sisi lain, remaja ‘unik’ justru mengalami proses
persepsi yang lebih sehat dan terbimbing. Lingkungan barak militer yang
terstruktur membuat mereka mendapat pengalaman langsung tentang hidup yang
tertib dan disiplin. Awalnya mungkin mereka merasa terpaksa, tapi seiring
waktu, pola-pola hidup baru itu menjadi kebiasaan. Persepsi mereka terhadap
perubahan berkembang secara positif, coping berjalan baik, dan akhirnya mereka
bisa beradaptasi serta mengalami perubahan diri yang nyata.
berdasarkan skema Paul A. Bell:
Ayu Aryanti mengalami persepsi yang memicu stres,
coping-nya gagal, tidak terjadi adaptasi, dan kembali ke pola hidup lama.
Remaja unik mengalami persepsi yang menuju batas
optimal, berhasil melakukan coping, beradaptasi, dan membentuk kebiasaan baru
yang positif.
Hal ini menunjukkan bahwa kunci perubahan bukan hanya
dari besarnya bantuan atau fasilitas, tapi bagaimana seseorang memersepsikan
perubahan tersebut. Tanpa persepsi yang positif, seseorang cenderung melihat
perubahan sebagai beban. Tapi dengan pengalaman langsung dan lingkungan yang
mendukung, persepsi bisa berubah dan membuka jalan untuk coping yang efektif.
Sebagai mahasiswa, kita belajar bahwa dalam upaya
membentuk perubahan diri, penting untuk membangun persepsi yang tepat terlebih
dahulu. Dukungan emosional, pengalaman bermakna, dan lingkungan yang mendukung
sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang bertahan lama.
Daftar Pustaka
Senthong Journal. (n.d.). Pengaruh Tata Ruang terhadap
Kenyamanan Belajar. Universitas Sebelas Maret.
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/download/1749/948
Patimah, S., & Widyastuti, M. (2024). Perubahan
diri remaja melalui persepsi lingkungan: Studi psikologi inovasi. Jurnal
Psikologi UP45.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/download/1807/975/6365
Sarwono, S. W. (n.d.). Psikologi Lingkungan [Buku
ajar]. Universitas Ahmad Dahlan.
https://eprints.uad.ac.id/29130/2/FILE%20BUKU%20AJAR%20PSI%20LINGKUNGAN%20OK.pdf
Universitas Brawijaya. (n.d.). Bab II: Tinjauan
Pustaka. https://repository.ub.ac.id/12352/10/BAB%20II.pdf

0 komentar:
Posting Komentar