24.7.25

UJIAN AKHIR SEMESTER - JULI 2025

 UJIAN AKHIR SEMESTER  – Juli 2025.

PERGURUAN TINGGI         : Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

FAKULTAS                            : Psikologi, Kelas SJ 

MATA KULIAH                    : Psikologi Inovasi

PENGAMPU                          : Arundati Shinta

HARI / TANGGAL                : Kamis 25 Juli 2025

NAMA            : RAMLAH ASIYAH IKRAMALINA

NIM                : 22310410178

Kontak Fisik (Individu-Objek Lingkungan)

Pembentukan Persepsi (Interpretasi)

Batas Optimal (Homeostasis)

┌──────────┴───────────┐

                     

Homeostasis        Stres (Melebihi Batas)

Coping/Adjustment

Homeostasis atau Efek Negatif

(Skema Persepsi Menurut Paul A. Bell)

Perubahan diri bukan hal yang mudah. Ada orang yang berhasil berubah, ada juga yang justru kembali ke pola lama meski sudah mendapat dukungan penuh. Ini bisa kita lihat dari kisah program pembinaan yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi (KDM), figur publik yang sedang ramai dibicarakan di media sosial. KDM dikenal sering membantu remaja yang punya masalah atau berasal dari keluarga kurang mampu agar bisa hidup lebih baik melalui berbagai program pembinaan.

Contohnya adalah Ayu Aryanti, gadis SMK kelas 1 yang sempat diangkat sebagai anak asuh oleh KDM. Selama dua tahun tinggal bersama KDM, Ayu tak perlu memikirkan uang dan punya akses penuh untuk pendidikan. Setelah lulus SMK, KDM bahkan menawarkan untuk membiayai kuliah. Tapi, Ayu justru menolak kesempatan tersebut dan memilih kembali ke rumahnya, lalu berjualan makaroni dengan penghasilan yang sangat kecil.

Sebaliknya, remaja-remaja lain yang dikenal ‘unik’ sering tawuran, mengonsumsi minuman keras, malas belajar, dan tidak patuh pada orangtua justru berhasil berubah. Mereka masuk ke barak militer atas inisiatif KDM, lalu dilatih menjalani kehidupan yang disiplin: bangun pagi, olahraga, berdoa, belajar, dan hidup teratur. Hasilnya, mereka berubah menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan bisa merencanakan masa depannya.

Perbedaan hasil ini bisa dijelaskan dengan skema persepsi Paul A. Bell dkk. (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995). Dalam skema ini, proses perubahan diri dimulai dari persepsi, yaitu bagaimana seseorang menangkap dan memberi makna pada interaksi dengan lingkungannya. Persepsi bisa menghasilkan kondisi homeostatis (seimbang) atau justru stres, tergantung apakah persepsi itu masih dalam batas optimal individu atau tidak. Jika seseorang merasa mampu menghadapi perubahan, maka ia bisa melakukan coping. Bila coping berhasil, akan terjadi adaptasi diri atau penyesuaian terhadap lingkungan baru. Tapi jika coping gagal, stres akan terus berlangsung dan membuat seseorang menolak perubahan.

Ayu Aryanti kemungkinan besar mengalami persepsi terhadap perubahan yang melebihi batas optimal dalam dirinya. Meski secara finansial semua kebutuhannya tercukupi, ia mungkin merasa tidak nyaman, tidak cocok, atau tidak punya motivasi untuk menerima perubahan tersebut. Persepsi itu menimbulkan stres, dan coping yang dibentuk pun gagal. Akhirnya, Ayu kembali ke lingkungan lama dan tidak melanjutkan pendidikan, yang berarti proses adaptasi tidak berhasil.

Di sisi lain, remaja ‘unik’ justru mengalami proses persepsi yang lebih sehat dan terbimbing. Lingkungan barak militer yang terstruktur membuat mereka mendapat pengalaman langsung tentang hidup yang tertib dan disiplin. Awalnya mungkin mereka merasa terpaksa, tapi seiring waktu, pola-pola hidup baru itu menjadi kebiasaan. Persepsi mereka terhadap perubahan berkembang secara positif, coping berjalan baik, dan akhirnya mereka bisa beradaptasi serta mengalami perubahan diri yang nyata.

berdasarkan skema Paul A. Bell:

Ayu Aryanti mengalami persepsi yang memicu stres, coping-nya gagal, tidak terjadi adaptasi, dan kembali ke pola hidup lama.

Remaja unik mengalami persepsi yang menuju batas optimal, berhasil melakukan coping, beradaptasi, dan membentuk kebiasaan baru yang positif.

Hal ini menunjukkan bahwa kunci perubahan bukan hanya dari besarnya bantuan atau fasilitas, tapi bagaimana seseorang memersepsikan perubahan tersebut. Tanpa persepsi yang positif, seseorang cenderung melihat perubahan sebagai beban. Tapi dengan pengalaman langsung dan lingkungan yang mendukung, persepsi bisa berubah dan membuka jalan untuk coping yang efektif.

Sebagai mahasiswa, kita belajar bahwa dalam upaya membentuk perubahan diri, penting untuk membangun persepsi yang tepat terlebih dahulu. Dukungan emosional, pengalaman bermakna, dan lingkungan yang mendukung sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang bertahan lama.

 

Daftar Pustaka

Senthong Journal. (n.d.). Pengaruh Tata Ruang terhadap Kenyamanan Belajar. Universitas Sebelas Maret. https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/download/1749/948

Patimah, S., & Widyastuti, M. (2024). Perubahan diri remaja melalui persepsi lingkungan: Studi psikologi inovasi. Jurnal Psikologi UP45. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/download/1807/975/6365

Sarwono, S. W. (n.d.). Psikologi Lingkungan [Buku ajar]. Universitas Ahmad Dahlan. https://eprints.uad.ac.id/29130/2/FILE%20BUKU%20AJAR%20PSI%20LINGKUNGAN%20OK.pdf

Universitas Brawijaya. (n.d.). Bab II: Tinjauan Pustaka. https://repository.ub.ac.id/12352/10/BAB%20II.pdf


0 komentar:

Posting Komentar