PSIKOLOGI
INOVASI
UAS
– STUDI KASUS
Analisis
Perubahan Terhadap Dua Intervensi Dalam Skema Paul A. Bell
Dosen
pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA
Disusun
oleh : Maria Laras Wati Candra Sari
NIM:
22310410188
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
2025
Media sosial kini dihebohkan dengan salah
satu figur yang hangat diperbincangkan, yaitu sosok Gubernur Jawa Barat dengan
julukan Kang Dedi Mulyadi (KDM). Beliau memiliki banyak channel yang dapat
dikatakan melakukan ‘pemaksaan’ dalam konteks positif, untuk mengubah seseorang
menjadi lebih baik dalam berbagai hal. Salah satunya adalah channel yang
menghadirkan Ayu Aryanti, seorang murid SMK Akutansi yang pandai dalam bidang
akademik, dengan orangtua yang bekerja sebagai penjual makaroni, dan kemudian
diasuh oleh KDM selama 2 tahun. Setelah 2 tahun dan kemudian lulus, Ayu tidak
ingin melanjutkan ke bangku perkuliahan dan memilih untuk kembali tinggal bersama
orangtuanya dan berjualan makaroni, meski KDM sudah menawarkan kepada Ayu untuk
membiayai studinya jika ia mau melanjutkan pendidikan kelak.
Tidak hanya kepada Ayu saja, KDM
juga menerapkan intervensi kepada anak-anak yang lain, dimana anak-anak
tersebut terbilang ‘unik’ dalam artian nakal, berkebutuhan khusus, sering
tawuran, mengkonsumsi minuman keras, tidak mau berlajar, tidak patuh pada
orangtua, dan kenakalan lainnya. Mereka dimasukkan ke barak militer untuk
dilatih berdisiplin, lalu setelah keluar dari barak, remaja ‘unik’ tersebut ternyata
berubah perilakunya menjadi lebih baik serta bisa merencanakan masa depannya.
Dari dua intervensi yang dilakukan
oleh KDM, berdasarkan analisis perubahan Ayu Aryanti dan remaja ‘unik’ dalam
skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Patimah et al., 2024;
Sarwono, 1995), yang menyatakan bahwa persepsi adalah dasar dimana tingkah dan
perilaku itu terbentuk berdasarkan proses mental yang melibatkan interpretasi
terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan maupun individu itu sendiri,
dan dapat mempengaruhi tindakan mereka selanjutnya. Skema tersebut menyatakan bahwa
persepsi individu tentang dirinya, orang lain, dan lingkungannya akan
menentukan perilaku yang muncul, dan jika dilakukan secara berulang, akan
membentuk kebiasaan. Persepsi yang positif akan mendorong individu untuk
melakukan perilaku yang sesuai dengan persepsi tersebut. Dalam kasus para
remaja ’unik’, persepsi mereka terhadap kemampuan dan potensi diri yang baru
terbentuk ini menjadi dasar utama yang memotivasi mereka untuk melakukan perubahan
dan membangun kebiasaan positif. Sedangkan, pada Ayu, persepsi yang lebih
pesimis dan terbatas terhadap diri sendiri menghambat proses perubahan,
sehingga ia cenderung tetap pada persepsi lama yang menghambat perkembangan
pribadi.
Faktor
lingkungan dan pengalaman juga memengaruhi persepsi individu. Para remaja
’unik’ mendapatkan pengalaman langsung yang positif dan membawa perubahan
persepsi terhadap diri mereka sendiri, sementara Ayu kurang mendapatkan
dorongan yang mampu mengubah persepsi tentang masa depannya.
Pengalaman-pengalaman ini memperkuat persepsi diri yang positif dan mendorong
terbentuknya perilaku yang berkelanjutan, sesuai dengan teori kebiasaan.
Perbedaan
utama dalam pola perubahan diri antara Ayu Aryanti dan para remaja ’unik’
terletak pada persepsi mereka terhadap diri sendiri dan potensi masa depan.
Persepsi positif dan optimis yang terbentuk dari pengalaman dan lingkungan, mampu
memotivasi individu untuk melakukan perilaku yang membangun, yang kemudian akan
menjadi kebiasaan yang mendukung perubahan diri secara berkelanjutan.
Sebaliknya, persepsi yang pesimis dan terbatas akan menghambat proses tersebut,
sehingga menyebabkan individu tetap dalam keadaan yang sama tanpa mengalami
perubahan yang signifikan.
Daftar
pustaka:
Sarwono,
J. (1995). Psikologi Perilaku: Teori dan Aplikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Patimah, M., Sarwono, J., &
Kurniawati, N. (2024). Psikologi Perilaku dan Perubahan Diri. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar