24.7.25

Psikologi Inovasi Essay 4_ Partisipasi Mengikuti Lomba

 Essay 4_ Partisipasi Mengikuti Lomba

TERINSPIRASI DARI BATU

 Rizka Latifa NIM 23310410058

Psikologi Inovasi

Dosen Pengampuh: Dr.Dra.Arundati Shinta, M.A.



Beberapa bulan yang lalu, saya secara tidak sengaja menemukan sebuah toko kecil yang menjual berbagai macam batu kristal. Di antara koleksinya, dua batu menarik perhatian saya yakni batu jade yang memancarkan ketenangan dengan warnanya yang hijau lembut, dan batu ametis ungu yang terasa misterius namun menenangkan. Ketertarikan saya semakin dalam ketika saya menemukan beberapa kreator konten TikTok Indonesia yang secara rutin mereview berbagai jenis batu kristal. Mereka tidak hanya menunjukkan keindahan fisik batu-batu tersebut, tetapi juga menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari - bagaimana menghadapi masalah dengan ketenangan seperti jade, atau mengolah emosi seperti ametis.

Konten-konten kreator tersebut membuat saya menyadari bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk berproses,  Alasan saya memilih mengikuti lomba menulis surat untuk masa depan karena saya percaya, seperti batu jade, masa depan haruslah kuat namun penuh kedamaian. Jade melambangkan kebijaksanaan dan ketenangan—hal yang sering sulit saya dapatkan sebagai penderita anxiety disorder. Sementara itu, lomba puisi yang saya tulis adalah cerminan diri saya sekarang bagaikan batu ametis, yang lahir dari tekanan namun memancarkan warna ungu yang memesona. Anxiety sering membuat saya merasa terjepit, tapi justru di saat-saat itulah kata-kata mengalir paling jujur. 


Awalnya, saya tidak pernah berminat mengikuti lomba. Rasanya, untuk apa? Saya hanya seorang dengan anxiety disorder yang sering kali merasa kecil di tengah dunia yang begitu luas. Kecemasan sering membuat saya ragu: "Apa karya saya cukup baik? Apa saya layak bersaing?" Tapi kali ini, saya memutuskan untuk mengikuti lomba menulis bukanlah sekadar untuk menang, tapi karena saya terinspirasi oleh filosofi batu kristal yang diam-diam mengajarkan saya tentang ketahanan dan harapan. Layaknya sebuah batu kristal terbentuk melalui tekanan dan waktu, bersinar justru karena prosesnya yang alami, bukan karena dipaksakan. Saya melihat diri saya di sana, berada dalam ketidakpastian, dalam keraguan, ternyata ada potensi untuk berkilau asalkan saya mau melewati tahapannya dengan sabar. Walau di beberapa malam nanti, kecemasan itu akan kembali datang dan  akan membisikkan bahwa semua ini sia-sia, bahwa batu-batu kristal itu hanyalah batu biasa, dan puisimu hanyalah corean-coretan tanpa arti. Yang pasti, hari ini aku memilih untuk percaya bahwa menulis satu kata pun sudah cukup. Bahwa mencoba lagi besok adalah bentuk keberanian tersendiri.



0 komentar:

Posting Komentar