ESSAY 2
MELAKUKAN WAWANCARA DISONANSI KOGNITIF
TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta., MA
Oleh : Elvira Febrian (22310410187)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
2025
Kebanyakan orang setuju bahwa perilaku merokok memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan, Banyak perokok yang sudah mengetahui bahaya dari merokok namun tetap menjadi perokok aktif. Hal tersebut menimbulkan masalah disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman yang dialami seseorang saat elemen-elemen kognitif dalam dirinya bertabrakan atau tidak konsisten. Seorang perokok yang mengalami disonansi kognitif dihadapkan dengan kenyataan terhadap pengetahuan di mana merokok berbahaya bagi kesehatan, tetapi perilaku mereka tidak konsisten terhadap pengetahuan tersebut.
`Pada wawancara yang saya lakukan didapatkan bahwa perilaku merokok tersebut dimulai saat teman saya masih remaja. Hal tersebut dilandasi karena lingkungan pertemanan yang mempengaruhinya menjadi seorang perokok. Dia menyadari bahwa merokok berefek pada kesehatan jangka panjangnya, namun dia tetap memilih menjadi seorang perokok dengan beralasan bahwa merokok merupakan cara dia untuk release stress. Dia adalah seseorang yang suka bermain game, saat saya berusaha memberikan opsi coping stress lain seperti bermain game dia tetap bersikeras bahwa rokok adalah cara yang paling efektif yang dia inginkan sebagai coping stress nya.
Menurut teori Festinger, pengalaman tidak menyenangkan sebagai akibat dari disonansi kognitif kemungkinan besar dialami perokok karena perilaku mereka bertentangan dengan fakta yang mereka ketahui mengenai dampak merokok bagi kesehatan. Lebih lanjut, intervensi berupa informasi dampak merokok merupakan paparan yang akan dihindari oleh perokok. Intervensi atau paparan semacam ini, menurut teori Festinger akan menciptakan ketegangan yang tidak nyaman dalam diri perokok, dimana sebagian ketegangan ini dihilangkan dengan membuat berbagai bentuk penyangkalan. Festinger (1957) menyatakan bahwa seorang perokok mungkin mengubah pengetahuannya tentang dampak merokok. Maksudnya adalah perokok mungkin saja akhirnya percaya bahwa merokok tidak merusak tubuhnya atau perokok mungkin memperoleh pengetahuan yang menunjukkan efek positif dari merokok sehingga efek bahaya dari merokok dapat diabaikan begitu saja (Festinger, 1957).
Menurut identifikasi rasionalisasi keyakinan yang terjadi di atas, upaya intervensi kesehatan yang dilakukan untuk perokok seharusnya tidak hanya memberikan informasi mengenai risiko kesehatan saja, tetapi memberikan perlakuan yang mumpuni yang dapat mencegah para perokok untuk terlibat dalam proses kognitif berupa rasionalisasi yang berujung kepada meremehkan risiko kesehatan itu sendiri. Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa disonansi kognitif akan tereduksi dengan berbagai cara yang salah satunya adalah compensatory health behaviour atau strategi memberikan kompensasi kognitif dan rasionalisasi yang sejalan dengan konsep self-exempting belief yang digunakan untuk menurunkan persepsi mereka terkait kerentanan personal sebagai dampak dari perilaku merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Suatan, A. T., & Irwansyah, I. (2021). Studi Review Sistematis: Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dan Upaya Reduksinya pada Perokok Remaja. JURNAL LENSA MUTIARA KOMUNIKASI, 5(1), 72–82. https://doi.org/10.51544/jlmk.v5i1.1556
0 komentar:
Posting Komentar