ESAI 2 PSIKOLOGI INOVASI
WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF
DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA
PENGABAIAN NILAI PENGELOLAAN SAMPAH
OLEH MAHASISWA PSIKOLOGI UP45
S. Febryan Nugroho / 22310410155
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
MEI 2025
A adalah seorang mahasiswa Psikologi UP45 yang dulu aktif dalam berbagai kegiatan pengelolaan sampah. Ia pernah mengikuti program bersih-bersih di ruang publik, membuat kompos dari sampah organik, menghasilkan ecoenzym, melakukan plogging, hingga belajar langsung tentang pengelolaan sampah di TPST Randu Alas. Selama masa itu, A tampak memahami pentingnya menjaga lingkungan.
Namun, realitas beberapa tahun kemudian berbeda. Saat wawancara pada April 2025, A mengatakan dengan santai,
"Dulu saya memang rajin ketika ikut kuliah psikologi lingkungan, tapi sekarang merasa ribet sendiri. Kalau saya saja yang memilah, tapi orang lain tetap buang sampah sembarangan, ya percuma."
Kalimat ini memperlihatkan mekanisme pertahanan diri berupa rasionalisasi, yaitu berusaha membenarkan ketidakpedulian dengan alasan kondisi sosial. A juga memperlihatkan minimisasi:
"Buang satu dua sampah kecil kayak plastik bungkus makanan kan nggak langsung bikin bumi rusak."
Ada pula proyeksi saat ia mengatakan,
"Masyarakat kita memang belum siap berubah, bukan salah saya sendirian."
Permasalahan utama yang muncul adalah ketidakmampuan A untuk mempertahankan perubahan perilaku yang sudah ia pelajari. Padahal, menurut materi Psikologi Inovasi dari Arundati Shinta, inovasi perilaku memerlukan internalisasi nilai dan kemauan untuk berubah, bukan sekadar keterlibatan sesaat. Pada kuliah psikologi inovasi dijelaskan bahwa individu sering menolak perubahan karena merasa malas, takut berbeda dengan kelompok, atau terlalu nyaman dengan kebiasaan lama. Hal ini persis dengan kondisi A, yaitu ia merasa menjaga kebiasaan lama lebih nyaman daripada konsisten menjalankan perubahan yang pernah ia pelajari.
Dalam perspektif Psikologi Inovasi, perubahan inovatif adalah sesuatu yang inevitable (tak terelakkan). Setiap individu, termasuk A, perlu melatih diri untuk menghadapi perubahan, bukan menghindarinya. Sayangnya, tanpa strategi perubahan diri yang konsisten, seperti melatih coping behavior atau membentuk komunitas pendukung, perubahan yang diharapkan tidak akan bertahan.
Wawancara dengan A menjadi cermin penting bahwa dalam dunia nyata, untuk membangun perilaku inovatif, misalnya, hidup ramah lingkungan, dibutuhkan lebih dari sekadar pengetahuan. Dibutuhkan komitmen, kreativitas, dan keberanian untuk melawan kenyamanan lama, sesuai prinsip Psikologi Inovasi yang menekankan keberanian menghadapi perubahan sebagai fondasi sukses jangka panjang.
Daftar Pustaka :
Arundati, S. (2025). Psikologi Inovasi. Materi Kuliah Psikologi Inovasi, Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

0 komentar:
Posting Komentar